JAKARTA – Sebanyak enam ulama dari Al Azhar Mesir berkolaborasi dengan Kementerian Agama dan Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) untuk mengisi syiar Ramadan 2025 di berbagai wilayah di Indonesia.
“Selamat datang di Indonesia. Silakan datang dan mengisi kajian di Masjid Istiqlal,” kata Menag Nasaruddin Umar saat menerima delegasi Majelis Hukama Muslimin (MHM) dari Al Azhar Mesir di kantor pusat Kementerian Agama, Jakarta, dilansir dari Antara, Senin (3/3/2025).
Enam delegasi MHM dari Al Azhar Mesir akan berdakwah di tujuh provinsi selama Ramadan 1446 Hijriah, yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Riau, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka akan mengisi kajian, daurah Al-Qur’an dan Kitab Kuning, talaqqi Al-Qur’an, memberi ijazah kitab, serta menjadi Imam Tarawih.
“Terima kasih atas kedatangan para Syekh. Ke depan kami harap tidak hanya enam saja, tapi mungkin 60. Kalau bisa setahun sampai Ramadan mendatang,” ujar Menag.
Menurut Menag, pandangan keagamaan ulama Al Azhar Mesir cocok dengan masyarakat Indonesia karena pendekatan keislaman yang moderat dan selaras dengan nilai-nilai keberagamaan di Indonesia.
“Kami ingin menghindari paham yang terlalu keras, karena bagi kami, Islam garis keras tidak akan laku di masa depan,” kata Menag.
Menag berharap para ulama tersebut dapat mengisi syiar Islam sepanjang tahun, bukan hanya momentum Ramadan saja. “Saya akan bilang ke Grand Syekh, jangan hanya sebulan. Tapi bisa setahun atau dua tahun. Kalau ada masalah (selama di Indonesia), sampaikan ke saya,” katanya.
Mewakili MHM, TGB M. Zainul Majdi menyampaikan salam hormat dari Grand Syekh Al-Azhar dan Ketua MHM Imam Akbar Ahmed Al Tayeb serta Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar Abbas Syouman. Mereka mengucapkan terima kasih atas dukungan Menteri Agama terhadap para alumni Al Azhar.
Menurut TGB, MHM setiap Ramadan bekerja sama dengan Al Azhar untuk mengirimkan para dai ke beberapa negara penting di dunia Islam, dengan Indonesia sebagai tujuan utama. Grand Syekh Al Azhar menyampaikan bahwa selain menyampaikan perspektif dai, ulama juga belajar dari keberagaman praktik beragama di Indonesia dan mengambil inspirasi darinya.
“Jadi mereka punya misi belajar juga, melihat praktik beragama kita di Indonesia dan nanti bisa dijadikan inspirasi di negaranya,” kata TGB.