Ferrari akhirnya angkat bicara menanggapi spekulasi yang berkembang soal hubungan mereka dengan Lewis Hamilton setelah musim 2025 berakhir tanpa satu pun kemenangan. Manajemen tim menegaskan bahwa kemitraan dengan juara dunia tujuh kali itu jauh lebih solid daripada yang terlihat dari luar.
Kepala teknik lintasan Ferrari, Matteo Togninalli, menyebut penilaian publik terlalu dibesar-besarkan. “Apa yang terlihat dari luar jauh lebih buruk dari kenyataannya,” ujarnya, seraya menekankan bahwa proses membangun hubungan kerja dengan Hamilton justru berjalan sangat positif.
Pernyataan ini muncul setelah Hamilton menutup musim pertamanya bersama Ferrari tanpa satu pun podium—yang pertama dalam 19 tahun karier Formula 1-nya. Ia finis keenam klasemen pembalap dengan 156 poin, tertinggal cukup jauh dari rekan setimnya Charles Leclerc yang berada di posisi kelima dengan 242 poin.
Ferrari dan Hamilton sama-sama mengakui bahwa proses adaptasi dari Mercedes—tim yang dibela Hamilton selama 12 tahun—ternyata lebih rumit dari perkiraan. Togninalli menjelaskan bahwa setiap tim memiliki budaya, ritme kerja, dan proses teknis yang berbeda.
Kepala tim Ferrari, Fred Vasseur, bahkan mengakui kesenjangan budaya antara Ferrari dan Mercedes cukup signifikan, sehingga Hamilton membutuhkan “empat hingga lima balapan” untuk benar-benar menemukan pijakan.
Musim 2025 sendiri menjadi periode sulit bagi Scuderia. Ferrari hanya mampu finis keempat di klasemen konstruktor dengan 398 poin, terpaut 435 poin dari McLaren yang keluar sebagai juara—hasil terburuk tim sejak 2020.
Vasseur mengungkapkan bahwa pengembangan mobil SF-25 sengaja dihentikan lebih awal pada April demi mengalihkan fokus dan sumber daya ke regulasi besar Formula 1 yang akan berlaku pada 2026.
Meski demikian, Ferrari melihat musim 2026 sebagai momentum kebangkitan sekaligus titik awal baru bagi kemitraan dengan Hamilton. Dengan kontrak yang berlaku hingga 2026, Hamilton disebut sangat antusias menyambut era teknis baru tersebut. Leclerc bahkan menyebut periode mendatang sebagai “sekarang atau tidak sama sekali” bagi Ferrari untuk kembali ke puncak.
Togninalli menegaskan optimisme internal tim, menyatakan bahwa hubungan kerja yang terbangun akan terus berkembang seiring waktu. Kendati sempat diwarnai frustrasi publik—termasuk kritik dari Presiden Ferrari John Elkann setelah Hamilton menyebut musim pertamanya sebagai “mimpi buruk”—Ferrari menegaskan komitmennya. Kembalinya Hamilton ke Maranello untuk sesi simulator dan pertemuan teknis terbaru menjadi sinyal kuat bahwa proyek besar menuju 2026 tetap berjalan.