Global Firepower (GFP), situs analisis pertahanan independen yang telah merilis laporan tahunan sejak 2006, baru saja mengumumkan peringkat Military Strength Ranking untuk tahun 2025. Hasilnya mengejutkan: Tentara Nasional Indonesia (TNI) menempati posisi ke-13 dari 145 negara, melampaui Israel yang berada di peringkat ke-15.
Prestasi ini menandai kemajuan signifikan bagi Indonesia, didorong oleh populasi besar, sumber daya alam melimpah, dan modernisasi alutsista, meski Israel tetap unggul di teknologi canggih.
Indonesia meraih PwrIndx 0.2557, naik satu posisi dari 2024 berkat faktor demografi dan sumber daya. Dengan populasi 278 juta jiwa, RI punya potensi manpower mencapai 66 juta orang usia militer, jauh melebihi Israel (9,3 juta jiwa, potensi 3,8 juta).
Produksi batubara Indonesia (terbesar ke-2 dunia) juga mendongkrak skor logistik dan finansial.Sebaliknya, Israel dengan PwrIndx 0.2661 turun ke-15 (dari 17 di 2024), meski unggul di kualitas alutsista. Konflik berkepanjangan di Timur Tengah mungkin memengaruhi, dengan kelemahan di manpower dan luas wilayah (hanya 21.937 km² vs 1,9 juta km² Indonesia).
GFP menyoroti kekuatan Israel di tank (1.370 unit) dan pesawat tempur (612 unit), tapi kalah di kapal selam (5 vs 6 Indonesia) dan garis pantai (273 km vs 54.716 km).
Berikut perbandingan singkat Indonesia vs Israel:
|
Kategori
|
Indonesia (Rank 13)
|
Israel (Rank 15)
|
|---|---|---|
|
Personel Aktif
|
400.000
|
170.000
|
|
Tank
|
313
|
1.370
|
|
Pesawat Tempur
|
37
|
241
|
|
Kapal Perang
|
243
|
67
|
|
Anggaran
|
US$9 miliar
|
US$24,4 miliar
|
|
Sumber Daya
|
Batubara tinggi
|
Gas alam tinggi
|
Indonesia unggul di angkatan laut (tonase total lebih besar) dan geografi kepulauan, ideal untuk pertahanan maritim. Modernisasi TNI seperti pembelian fregat FREMM dari Prancis dan drone lokal turut berkontribusi.
Mengapa Indonesia Bisa Lebih Unggul dari Israel? Beberapa alasan utama:
- Skala vs Kualitas: Indonesia menang di kuantitas (manpower dan armada laut), sementara Israel fokus pada teknologi tinggi (misalnya Iron Dome). GFP lebih menekankan potensi perang konvensional jangka panjang.
- Geopolitik: Sebagai negara kepulauan terbesar dunia, Indonesia prioritaskan navy untuk lindungi jalur perdagangan Selat Malaka. Israel, meski maju, terhambat oleh konflik regional yang habiskan sumber daya.
- Ekonomi & Sumber Daya: PDB Indonesia US$1,4 triliun (peringkat 16 dunia) dan ekspor batubara mendukung industri pertahanan. Israel kuat di inovasi (peringkat 1 di R&D militer), tapi populasi kecil batasi skalabilitas.
- Tren Naik: Di 2024, Indonesia rank 14; kini 13. Israel stabil tapi turun akibat ketegangan Gaza dan Lebanon.
Kebanggaan Nasional, Tantangan ke Depan
Prestasi ini disambut gembira di Indonesia. Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyebutnya “bukti komitmen modernisasi TNI”, dengan rencana tingkatkan anggaran pertahanan jadi 1,5% PDB pada 2030. Namun, pakar seperti Andi Widjajanto ingatkan: “Peringkat ini teori; kualitas SDM dan disiplin harus ditingkatkan.”
Secara global, ranking ini soroti pergeseran kekuatan ke Asia Tenggara. Indonesia kini setara Jerman (rank 14), menggeser fokus dari Timur Tengah ke Indo-Pasifik.