JAKARTA – Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, untuk pertama kalinya angkat bicara di hadapan media pada Senin (13/10/2025) setelah dibebaskan dari penahanan Israel. Dalam pernyataannya yang penuh emosi, Thunberg mengungkap perlakuan kasar yang ia alami serta menegaskan kembali solidaritasnya terhadap warga Palestina di Gaza.
Thunberg termasuk dalam kelompok 171 aktivis internasional yang dideportasi oleh otoritas Israel setelah mereka ditahan karena ikut serta dalam Armada Global Sumud, misi bantuan kemanusiaan terbesar yang pernah diarahkan ke Jalur Gaza. Para aktivis tersebut kemudian diterbangkan ke Yunani dan Slovakia.
Saat tiba di Bandara Eleftherios Venizelos, Athena, Thunberg dan rekan-rekannya disambut sorak-sorai dari para pendukung yang menunggu sejak pagi. Dalam konferensi pers, Thunberg menyatakan bahwa ia mengalami pelecehan fisik selama dalam tahanan.
“Saya bisa bercerita panjang lebar tentang perlakuan buruk dan pelanggaran yang kami alami di penjara, percayalah,” ujarnya, dilansir dari Anadolu.
“Tapi bukan itu ceritanya. Biar saya tegaskan: ada genosida yang terjadi di depan mata kita, genosida yang disiarkan langsung,” kata Thunberg.
Thunberg mengklaim bahwa dirinya dipukul dan dipaksa mencium bendera Israel saat berada dalam tahanan. Namun, ia menegaskan bahwa penderitaan pribadinya tidak sebanding dengan apa yang dialami warga Palestina di Gaza.
“Tak seorang pun berhak mengatakan kami tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tak seorang pun di masa depan akan bisa mengatakan kami tidak tahu.”
Lebih lanjut, ia menuduh Israel melakukan kejahatan berat terhadap kemanusiaan.
“Israel terus memperburuk dan meningkatkan genosida serta penghancuran massal mereka dengan niat genosida, berupaya menghapus seluruh populasi, seluruh bangsa di hadapan Anda.”
Thunberg juga menyerukan perhatian global terhadap berbagai wilayah konflik dan penindasan di dunia.
“Kita tidak bisa mengalihkan pandangan dari Gaza, dari semua tempat di dunia yang menderita, yang hidup di garis depan sistem bisnis seperti biasa ini: Kongo, Sudan, Afghanistan, Gaza, dan masih banyak lagi. Apa yang kita lakukan hanyalah upaya minimum.”
Dalam video yang diunggah ke akun Instagram-nya, Thunberg menggambarkan partisipasinya dalam Armada Global Sumud sebagai bentuk “solidaritas internasional” bagi Palestina. Ia juga mengkritik peran negara-negara Barat, termasuk pemerintahnya sendiri.
“Penahanan kami oleh Israel merupakan akibat langsung dari pemerintah kami,” tegasnya.
“Negara-negara memiliki kewajiban hukum untuk mengakhiri keterlibatan mereka dalam genosida, yang kini juga dikonfirmasi oleh komisioner PBB,” tambahnya.
Armada Global Sumud, yang terdiri dari puluhan kapal dan perahu, mencoba menembus blokade Israel dan mengirim bantuan ke Gaza pada 1 Oktober. Namun, pasukan Israel menyerang armada di perairan internasional, menyita kapal secara paksa dan menahan ratusan aktivis.
Serangan tersebut menimbulkan kecaman luas, mengingat armada itu membawa bantuan medis dan pangan penting ke wilayah yang telah terisolasi selama lebih dari setahun akibat blokade dan serangan militer.
Sejak Oktober 2023, serangan militer Israel telah menyebabkan lebih dari 67.800 kematian di Gaza, mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak, membuat wilayah itu hampir tidak layak huni.




