JAKARTA — Papan interaktif digital atau Smart Board yang baru saja hadir di Sekolah Luar Biasa (SLB) A Pembina Tingkat Nasional Jakarta, menjadi terobosan penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran anak disabilitas, khususnya siswa tunanetra.
Teknologi ini bukan hanya membantu murid agar lebih mudah mengakses materi pelajaran, tetapi juga memudahkan guru dalam memantau aktivitas belajar secara langsung. Inovasi Smart Board dianggap membawa suasana baru yang lebih inklusif di ruang kelas.
Fahmi Budiansyah, guru SLB-A Pembina yang dipercaya mengoperasikan perangkat tersebut, menilai papan digital ini menawarkan aksesibilitas luar biasa.
“Papan interaktif digital itu aksesibilitas dengan sistemnya karena dalamnya itu sudah dapat sensibilitas salah satunya top-bed yang digunakan untuk anak-anak tunanetra mengakses papan interaktif tersebut,” jelas Fahmi saat ditemui di sekolah pekan ini.
Menurut Fahmi, fitur-fitur Smart Board mendukung berbagai aktivitas belajar seperti kuis interaktif, pencarian materi dalam bentuk video dan audio, hingga kemampuan berbagi layar.
“Anak-anak bisa mengeksplore papan interaktif tersebut, anak-anak bisa bermain kuis atau mencari materi berbentuk video, audio, seperti itu. Dan mereka pun bisa layarnya itu di-screenshare.”
Nah, jadi layar mereka akan disambungkan ke papan interaktif tersebut meskipun siswa-siswi papan interaktif itu digunakan 4 siswa atau 5 siswa itu bisa di-screen share dalam satu tapan smart board sehingga memudahkan guru untuk memonitoring siswa,” paparnya.
Awalnya, Fahmi sempat kesulitan karena sistem baru. Namun setelah mencoba, ia menemukan cara mengoperasikannya karena perangkat ini berbasis Android dan memiliki pembaca layar yang ramah bagi penyandang disabilitas netra.
“Nah, disitu saya mengotak atik ternyata saya menemukan sistemnya itu sama seperti Android sehingga, di dalamnya terdapat tap bad pembaca layar Nah, disitu saya coba-coba dulu sendiri setelah saya memastikan saya sudah bisa dan akses kemudian, saya coba tawarkan anak-anak untuk mencoba secara langsung.”
“Nah, ketika anak-anak mencoba secara langsung itu benar ternyata, anak-anak bisa untuk mengakses papan interaktif tersebut,” ujarnya.
Dengan dukungan visual dan audio, siswa tunanetra akhirnya bisa memanfaatkan Smart Board secara mandiri, bahkan mengakses aplikasi seperti YouTube.
“Karena papannya itu menghasilkan visual dan audio Nah, seperti itu. Jadi, Tunanetra pun tetap bisa menggunakan papan interaktif tersebut,” tambahnya.
Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi Fahmi adalah ketika seorang siswanya, Gres, mengalami kendala laptop yang mati layar. Solusinya, perangkat tersebut langsung dikoneksikan ke Smart Board sehingga proses belajar tetap berjalan.
“Sehingga permasalahan si Gres ini, diselesaikan dengan papan interaktif tersebut,” katanya.
Fahmi juga menyampaikan apresiasi kepada Presiden RI Prabowo Subianto atas kepeduliannya menghadirkan fasilitas yang ramah bagi anak berkebutuhan khusus.
“Terima kasih terlebih dahulu kepada Bapak Presiden Prabowo karena sudah peduli ke sekolah luar biasa khususnya untuk anak-anak berkomunikasi khusus. Karena saya percaya suatu pemerintahan yang maju atau suatu negara yang maju, itu pasti aksesibilitasnya diperhatikan yaitu salah satunya dalam pendidikan,” ungkapnya.
Ia berharap pemerintah tidak berhenti pada satu inovasi saja, melainkan terus melanjutkan program aksesibilitas pendidikan di semua jenjang.
“Harapan saya, mudah-mudahan pemerintah terus dan terus berkembang untuk memperhatikan anak-anak disabilitas, pengetahuan luar biasa agar semua pendidikan itu akses di semua kalangan termasuk anak-anak disabilitas atau anak-anak tuna netra atau anak-anak berkebutuhan khusus,” tuturnya.
Fahmi menutup dengan harapan bahwa seluruh unit pendidikan di SLB-A, mulai TKLB hingga SMALB, bisa merasakan manfaat fasilitas serupa.***