JAKARTA – Pasar aset digital kripto kembali mengalami tekanan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Sejumlah aset kripto utama, termasuk Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan Solana (SOL), mencatat pelemahan tajam, meski sempat diprediksi menguat.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, harga Bitcoin sempat anjlok ke level US$ 109.219 atau sekitar Rp 1,80 miliar (dengan asumsi kurs Rp 16.564) pada perdagangan Sabtu (11/10). Hingga Senin (13/10), BTC tercatat melemah 7,06% dalam sepekan terakhir, berada di level US$ 115.123 atau sekitar Rp 1,90 miliar.
Ethereum (ETH) turut mengalami koreksi. Harga ETH sempat merosot ke level US$ 3.504 per koin pada akhir pekan, sebelum kembali menguat ke posisi US$ 4.171 pada perdagangan hari ini. Namun, dalam periode sepekan terakhir, ETH tetap tercatat melemah sebesar 8,72%.
Nasib serupa dialami oleh Solana (SOL). Aset kripto ini mencatat penurunan paling dalam di antara aset utama lainnya, yaitu sebesar 16,07% dalam sepekan terakhir. SOL sempat menyentuh titik terendah di harga US$ 173,94 pada Minggu (12/10), sebelum stabil di angka US$ 196,68 per koin.
Di tengah tekanan pasar, Binance Coin (BNB) menjadi satu-satunya aset utama yang berhasil mencatat penguatan. Meskipun sempat tergelincir ke level US$ 1.043 pada perdagangan Sabtu, BNB bangkit dan hari ini diperdagangkan di level US$ 1.339, naik sebesar 9,72% dalam sepekan terakhir.
Sebelumnya, harga Bitcoin sempat menunjukkan tren positif dengan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level US$ 126.198 atau sekitar Rp 2,09 miliar. Namun, posisi itu tidak bertahan lama. Pada Jumat (10/10), BTC terkoreksi ke level US$ 121.382 atau sekitar Rp 2,01 miliar.
Meski pasar tengah tertekan, analis Tokocrypto melihat masih ada peluang penguatan pada pergerakan harga Bitcoin. Menurut analisis teknikal, area support saat ini berada di level US$ 119.500, bertepatan dengan level Fibonacci 50%. Sementara itu, resistance kuat tercatat di US$ 124.850.
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menyebut kondisi saat ini sebagai fase konsolidasi yang sehat dan menyimpan potensi bullish.
“Jika BTC mampu bertahan di atas US$ 120.000 dan menembus US$ 124.850, peluang menuju US$ 130.000 terbuka lebar. Namun, kegagalan mempertahankan level US$ 119.500 dapat memicu koreksi jangka pendek hingga US$ 117.000,” jelasnya dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (10/10/2025).
Fenomena volatilitas rendah yang tercermin dalam indikator Bollinger Band squeeze juga dinilai sebagai sinyal menarik oleh para analis. Para investor diimbau untuk tetap waspada terhadap dinamika pasar yang terus bergerak cepat dan tidak menentu.




