JAKARTA – Tingkat inflasi Jakarta (tahunan) pada September 2025 tercatat stabil dan lebih terkendali, yakni sebesar 2,40 persen, lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang berada di level 2,65 persen.
Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, menyebut capaian ini masih dalam kisaran target 2,5 persen plus minus 1, sehingga kondisi inflasi ibu kota tergolong sehat dan terkendali.
“Inflasi tahunan berada pada level 2,40 persen, masih relatif lebih terkendali karena target 2,5 plus minus 1, tentunya ini berada pada posisi yang baik. Jakarta juga berada masih lebih terkendali dibandingkan (inflasi) nasional di 2,65 persen,” kata Hasanudin di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan catatan BPS, dari 11 kelompok pengeluaran yang dianalisis, terdapat tiga kelompok yang paling berpengaruh terhadap inflasi Jakarta, yaitu makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,85 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, serta bahan bakar sebesar 0,71 persen, dan perawatan pribadi serta jasa lainnya sebesar 0,59 persen.
Sementara itu, terdapat dua kelompok yang justru menahan laju inflasi dengan mencatat deflasi, yaitu transportasi dengan andil minus 0,17 persen serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar minus 0,02 persen.
“Untuk transportasi dengan andil 0,17 persen, dan 0,02 persen untuk kelompok informasi, komunikasi serta jasa keuangan,” ujar Hasanudin.
Komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi tahunan di Jakarta antara lain tarif air minum PAM dengan andil 0,63 persen, emas perhiasan 0,46 persen, daging ayam ras 0,20 persen, beras 0,10 persen, serta bawang merah 0,10 persen.
Adapun komoditas yang menekan inflasi atau berkontribusi pada deflasi adalah tarif angkutan udara sebesar 0,12 persen, harga bensin 0,08 persen, tarif kereta api 0,02 persen, telepon seluler 0,02 persen, serta sabun cair atau cuci piring 0,02 persen.
Jika dilihat secara bulanan, inflasi Jakarta pada September 2025 tercatat 0,13 persen dibandingkan Agustus 2025, dengan penyumbang terbesar berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,06 persen.
Komoditas yang dominan dalam mendorong inflasi bulanan di sektor pangan tersebut adalah daging ayam ras, cabai merah, dan beras, yang harga-harganya mengalami kenaikan signifikan sepanjang September.***




