Live Program UHF Digital

Inovasi Karyawan PT Pupuk Indonesia Berhasil Mencatatkan Pendapatan dan Penghematan Sebesar Rp 1,3 Triliun

Jakarta – Inovasi karyawan PT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil mencatatkan kontribusi pendapatan dan penghematan sebesar Rp 1,3 triliun melalui 169 inovasi yang dipresentasikan dalam ajang “Pupuk Indonesia Innovation Award (PIIA) Summit 2024”. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, dalam puncak acara apresiasi PIIA Summit 2024 yang dilaksanakan secara hybrid dari Jakarta, Kamis (13/6/2024).

Rahmad Pribadi menjelaskan bahwa kontribusi sebesar Rp 1,3 triliun ini terdiri dari Rp 1,2 triliun yang berasal dari peningkatan efisiensi atau penghematan, dan Rp 0,1 triliun yang berasal dari peningkatan pendapatan.

“Alhamdulillah, pada tahun 2024 ini, berdasarkan buku 2023, Pupuk Indonesia menduduki posisi nomor tujuh terbesar dunia di industri pupuk. Tentu ini tidak lepas dari inovasi yang memberikan dampak langsung pada profitabilitas,” ujar Rahmad Pribadi.

 

Inovasi Karyawan PT Pupuk Indonesia Berhasil Mencatatkan Pendapatan dan Penghematan Sebesar Rp 1,3 Triliun
Berdasarkan buku 2023 Pupuk Indonesia menduduki posisi nomor tujuh terbesar dunia di industri fertilizer (sumber : PT Pupuk Indonesia)

 

Rahmad menambahkan bahwa ratusan inovasi yang hadir pada PIIA 2024 ini dihasilkan oleh 700 karyawan atau inovator, yang terdiri dari karyawan organik, non-organik, dan karyawan magang. Inklusivitas ini membuktikan bahwa inovasi telah menjadi kebiasaan di lingkungan Pupuk Indonesia.

“Inovasi tidak selalu berupa terobosan besar, tapi bisa juga melalui trial and error yang membutuhkan persistensi. Tanpa persistensi, inovasi ini tidak akan pernah bisa terimplementasi dan tidak akan pernah bisa memberikan dampak langsung pada laporan keuangan. Alhamdulillah, Pupuk Indonesia menunjukkan keduanya. Kami telah melakukan inovasi besar seperti sentralisasi, dan terus melakukan inovasi-inovasi yang sifatnya instrumental. Yang paling membanggakan adalah persistensi, karena dari tahun ke tahun saya melihat jumlah peserta dan jumlah inovasi selalu meningkat,” tandas Rahmad Pribadi.

Dalam rangka menjaga budaya inovasi, Pupuk Indonesia bekerja sama dengan Massachusetts Institute of Technology – Industrial Liaison Program (MIT-ILP). Kolaborasi ini dilakukan untuk meningkatkan kontribusi perusahaan dalam mewujudkan ketahanan pangan serta memperkuat posisi sebagai pemain utama industri pupuk di tingkat global.

Ketahanan pangan global saat ini menghadapi tantangan perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan stagnasi produktivitas pertanian. Oleh karena itu, Pupuk Indonesia berharap kolaborasi dengan MIT-ILP dapat meningkatkan peran perusahaan dalam ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi nasional melalui inovasi dan transformasi bisnis.

PIIA merupakan ajang inovasi, berbagi pengetahuan, dan pemberian apresiasi kepada karyawan Pupuk Indonesia yang telah berkontribusi melalui inovasi. Konvensi ini diikuti oleh seluruh direktorat yang ada di Pupuk Indonesia dengan penilaian yang berfokus pada tiga aspek:

1. Growth : Inovasi harus mampu menunjukkan adanya value creation.
2. Digital : Inovasi harus mengandung unsur teknologi digital.
3. Sustainability : Inovasi harus memberikan manfaat jangka panjang untuk generasi berikutnya.

Inovasi Karyawan PT Pupuk Indonesia Berhasil Mencatatkan Pendapatan dan Penghematan Sebesar Rp 1,3 Triliun
Inklusivitas ini menjadi bukti bahwa inovasi sudah menjadi habit di lingkungan Pupuk Indonesia (sumber : PT Pupuk Indonesia)

 

Inovasi yang berhasil menjadi Grand Champion dalam konvensi ini diraih oleh Gugus Inovasi Rekan-iPubers. Inovasi ini memperbaiki tata kelola penyaluran pupuk bersubsidi melalui pengembangan dan implementasi aplikasi digital terintegrasi di kios-kios Pupuk Indonesia, yang jumlahnya mencapai 27.000 dan tersebar di seluruh Indonesia. Inovasi berbasis digital ini berkolaborasi dengan Kementerian Pertanian dan berhasil memberikan kemudahan bagi petani terdaftar untuk menebus pupuk bersubsidi.

“Yang paling penting, ajang ini bukan sekadar ajang untuk menang, tetapi untuk kolaborasi. Dalam bisnis, ada yang namanya CQ (Collaboration Quotient), yaitu kemampuan untuk berdiskusi dengan orang yang memiliki cara berpikir berbeda. Ini adalah ajang yang tepat untuk itu,” tandasnya.

Rahmad berharap, persistensi dalam ekosistem inovasi Pupuk Indonesia dapat terus dijaga, sehingga dapat mendukung perusahaan sebagai penopang ketahanan pangan nasional dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

“Tanpa inovasi, tidak ada perusahaan yang bisa bertahan. Jangan bicara berkembang, bertahan saja tidak mungkin tanpa inovasi. Hanya dengan inovasi, Pupuk Indonesia bisa meraih masa depan yang lebih baik,” pungkasnya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *