JAKARTA – Menjelang penutupan perdagangan akhir pekan, kurs Rupiah mengalami penguatan signifikan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data pasar keuangan hingga menjelang penutupan perdagangan Jumat siang (18/7/2025), posisi Rupiah naik 44 poin atau setara 0,27 persen menjadi Rp16.295 per Dolar AS, sebagaimana tercatat dalam sistem Bloomberg.
Sebagai perbandingan, pada sesi penutupan Kamis lalu (17/7/2025), nilai tukar rupiah sempat tergelincir ke angka Rp16.340 per Dolar AS, mencatatkan pelemahan harian sebesar 0,33 persen atau 53 poin.
Koreksi tersebut dipicu oleh lonjakan Indeks Dolar AS ke level 98,69—angka tertinggi dalam hampir sebulan terakhir—yang mencerminkan peningkatan permintaan global terhadap mata uang Negeri Paman Sam.
“Kenaikan terbaru pada indeks dolar AS dipicu oleh faktor teknikal jangka pendek dan perubahan selera risiko global.”
“Prospek pasar tetap sensitif terhadap data ekonomi Amerika Serikat yang akan datang,” ujar Rully Arya Wisnubroto, Analis dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam pernyataannya, Jumat (18/7/2025).
Sentimen global saat ini masih bergantung pada arah kebijakan moneter The Fed, terutama terkait suku bunga.
Keputusan Federal Reserve atas data ekonomi teranyar sangat mungkin berdampak pada volatilitas nilai tukar di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Rully menjelaskan bahwa pergerakan Rupiah dalam waktu dekat akan dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksternal, termasuk sentimen risiko global serta arus keluar dan masuk modal asing yang kian fluktuatif.
Ia mencatat bahwa investor asing masih menekan pasar saham Tanah Air, sementara pasar obligasi pemerintah justru menunjukkan kekuatan dengan pembelian asing yang terus mengalir.
“Volatilitas sentimen risiko global dan perubahan arus modal diperkirakan akan terus memengaruhi nilai rupiah, termasuk harga aset Indonesia dalam waktu dekat,” ungkapnya.
Sepanjang Juli 2025, aliran dana asing di bursa saham mencatatkan angka net outflow sebesar Rp6,2 triliun.
Di sisi lain, pasar obligasi pemerintah justru mencatat net inflow yang mencapai Rp14,4 triliun, mencerminkan tingginya kepercayaan investor asing pada instrumen utang jangka panjang Indonesia.
Dengan dinamika tersebut, Rupiah berpotensi tetap fluktuatif namun tidak menutup kemungkinan untuk terus menguat apabila data ekonomi global berpihak pada sentimen emerging markets.***




