MASKELIYA, SRILANKA – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Colombo menyelenggarakan acara buka puasa bersama dengan masyarakat Muslim di Masjid Indonesia Memorial yang terletak di Maskeliya, Sri Lanka. Acara ini bukan hanya menjadi momen kebersamaan dalam menyambut bulan Ramadhan 1446 H, tetapi juga merupakan upaya penting dalam mempererat hubungan spiritual dan sosial antara Indonesia dan Sri Lanka.
Masjid Indonesia Memorial ini terletak tidak jauh dari lokasi tragedi kecelakaan pesawat Martinair 138 pada 4 Desember 1974, yang mengangkut jemaah haji Indonesia. Pesawat yang disewa Garuda Indonesia tersebut jatuh di kawasan Seven Virgin Hills, sekitar 70 kilometer dari Bandara Katunayake, mengakibatkan seluruh penumpang (182 orang) dan kru pesawat (9 orang) meninggal dunia.
Tragedi ini meninggalkan kesan mendalam, dan sebagai bentuk penghormatan, Pemerintah Indonesia mendirikan monumen di kaki gunung tersebut, tempat jenazah para korban ditemukan. Selain itu, beberapa jenazah yang tidak dapat dibawa pulang dimakamkan di kuburan massal di halaman Masjid Ampel, Surabaya.
Kecelakaan Martinair 138 adalah salah satu dari dua tragedi pesawat yang terjadi di Sri Lanka sepanjang sejarah penerbangan haji Indonesia. Kecelakaan lainnya terjadi pada 15 November 1978, yang melibatkan pesawat Icelandic Loftleiðir LL001 dalam perjalanan menuju Surabaya, yang mengakibatkan 183 dari 262 penumpang meninggal dunia.
Duta Besar RI untuk Sri Lanka, Dewi Gustina Tobing, dalam sambutannya mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pengurus dan masyarakat Masjid Indonesia Memorial Maskeliya yang telah menjaga dan merawat monumen tersebut. Beliau juga mengajak semua pihak untuk terus menumbuhkan semangat toleransi, menjaga keharmonisan beragama, dan tetap menjaga kesehatan selama bulan Ramadhan.
Hadir dalam acara yang diikuti oleh sekitar 100 orang tersebut, Dubes Dewi Gustina Tobing menekankan bahwa acara ini adalah sebuah penghormatan yang layak bagi para korban tragedi pesawat tersebut. “Solidaritas dan penghormatan seperti ini memperkuat hubungan kedua negara dan menunjukkan betapa pentingnya menghargai setiap perjalanan spiritual para jemaah haji yang telah wafat dalam melaksanakan ibadah,” ujarnya.
Buka puasa bersama ini lebih dari sekadar acara keagamaan, melainkan sebuah pengingat tentang pentingnya menghormati sejarah dan menjaga hubungan antarbangsa dalam suasana penuh toleransi dan saling pengertian.