BRUSSEL – Dalam pertemuan penting di Brussel, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Prabowo Subianto menegaskan penguatan hubungan Indonesia-Uni Eropa yang kini berfokus pada tiga sektor strategis: perdagangan, keamanan geopolitik, dan relasi antar masyarakat.
Pernyataan ini menjadi penanda era baru kerja sama bilateral di tengah dinamika global yang terus berubah cepat.
“Kita hidup di masa yang penuh gejolak. Dan ketika ketidakpastian ekonomi bertemu dengan ketidakstabilan geopolitik, mitra seperti kita harus semakin mempererat hubungan.”
“Hari ini, kita mengambil langkah besar dalam kemitraan ini. Kita melakukannya dalam tiga bidang utama,” ujar Ursula dalam konferensi pers bersama Presiden Prabowo pada Minggu (13/7) malam.
Kesepakatan besar tercapai dalam sektor perdagangan, di mana kedua pihak menyetujui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) secara politis setelah perundingan panjang selama satu dekade.
Perjanjian ini diyakini akan membuka akses pasar luas, menciptakan peluang baru di sektor pertanian, jasa, otomotif, serta memperkuat rantai pasok bahan baku penting untuk energi hijau dan transformasi digital.
Perdagangan Jadi Pilar Utama Kolaborasi
Ursula menggarisbawahi bahwa CEPA akan menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi bersama.
Indonesia, sebagai kekuatan ekonomi dengan PDB 1,2 triliun euro dan populasi lebih dari 287 juta jiwa, disebut sebagai mitra krusial dalam transisi global menuju ekonomi berkelanjutan.
Meskipun Indonesia saat ini berada di posisi kelima sebagai mitra dagang dan penerima investasi Uni Eropa di ASEAN, Ursula meyakini potensi kerja sama masih sangat besar.
“Jadi, masih banyak potensi dalam hubungan dagang kita, dan karena itu, perjanjian ini datang pada saat yang tepat,” tegasnya.
Selain memperkuat sektor perdagangan, kerja sama ini dirancang untuk memastikan rantai pasok yang tidak hanya aman, tetapi juga berkelanjutan.
Komitmen terhadap kelestarian lingkungan, perlindungan masyarakat lokal, dan penciptaan lapangan kerja menjadi fondasi penting dalam CEPA.
Fokus Geopolitik dan Keamanan Regional
Selain perdagangan, Ursula menekankan bahwa aspek geopolitik dan keamanan menjadi fokus strategis selanjutnya.
Uni Eropa dan Indonesia memiliki pandangan yang selaras mengenai pentingnya stabilitas regional dan tatanan global berbasis aturan.
Pembahasan peningkatan status hubungan menjadi kemitraan strategis pun sudah dimulai.
Inisiatif ini bertujuan memperkuat dialog politik, kerja sama pertahanan, dan koordinasi kebijakan luar negeri dalam kerangka yang lebih luas dan mendalam.
“Diskusi telah dimulai, dan saya sungguh berharap kita bisa mencapai tonggak penting ini bersama-sama,” tambah Ursula.
Koneksi Antar Masyarakat Diperkuat Lewat Kebijakan Visa
Dimensi ketiga dari kemitraan ini mencakup hubungan antar warga negara. Komisi Eropa telah mengimplementasikan kebijakan visa cascade untuk warga negara Indonesia.
Kini, WNI yang melakukan kunjungan kedua ke Eropa memenuhi syarat untuk memperoleh visa Schengen multi-entry, yang memudahkan mobilitas untuk studi, bisnis, investasi, dan wisata.
“Singkatnya, kita sedang membangun jembatan antara masyarakat kita. Bapak Presiden, terima kasih sekali lagi atas kunjungan Anda. Pesan yang kita kirim hari ini sangat kuat dan jelas,” ungkap Ursula.
Dalam penutupan pernyataannya, Ursula menegaskan komitmen Eropa dan Indonesia dalam menghadapi tantangan global dengan membuka diri dan menjalin kemitraan.
“Di masa sulit, beberapa pihak memilih untuk menutup diri dan terpecah belah. Eropa dan Indonesia memilih jalan yang berbeda, jalan keterbukaan, kemitraan, dan peluang bersama.”
“Saya menantikan untuk segera menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas ini. Anda selalu disambut di sini, dan Anda bisa mengandalkan Eropa,” pungkasnya.***




