GAZA – Krisis kelaparan yang mengerikan melanda Gaza akibat blokade bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina tersebut, demikian pernyataan keras dari Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Rabu (23/7/2025).
Pernyataan ini menyusul seruan mendesak dari lebih dari 100 lembaga bantuan kemanusiaan yang memperingatkan ancaman kelaparan di Gaza, sementara ton makanan, air bersih, dan pasokan medis tertahan di luar wilayah tersebut. “Saya tidak tahu apa lagi yang bisa disebut selain kelaparan massal, dan ini buatan manusia, itu sangat jelas,” ujar Tedros dalam konferensi pers virtual yang disiarkan langsung dari Jenewa, dilansir dari Reuters. “Ini karena blokade.”
Stok pangan di Gaza telah habis sejak Israel, yang sedang berperang dengan kelompok militan Palestina Hamas sejak Oktober 2023, memutus semua pasokan ke wilayah itu pada Maret lalu, sebelum akhirnya mencabut blokade pada Mei dengan sejumlah pembatasan. Israel berdalih bahwa pembatasan diperlukan untuk mencegah bantuan disalahgunakan oleh kelompok militan.
Akibatnya, menurut laporan lembaga-lembaga bantuan internasional, hanya sedikit bantuan yang berhasil masuk ke Gaza, jauh dari kebutuhan sebenarnya. Israel menyatakan berkomitmen untuk mengizinkan masuknya bantuan, namun dengan pengawasan ketat untuk mencegah penyelewengan oleh militan. Pemerintah Israel juga menegaskan telah mengizinkan cukup makanan masuk selama perang dan menyalahkan Hamas atas penderitaan 2,2 juta penduduk Gaza.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, sepuluh warga Palestina lainnya meninggal dunia akibat kelaparan pada Selasa malam, sehingga total korban jiwa akibat kelaparan mencapai 111 orang, yang sebagian besar terjadi dalam beberapa pekan terakhir seiring gelombang kelaparan yang melanda kawasan tersebut.
WHO mencatat lonjakan kematian akibat malnutrisi yang mematikan, dengan setidaknya 21 anak dilaporkan meninggal dunia pada 2025, meskipun angka ini kemungkinan hanya puncak gunung es. Pusat-pusat penanganan malnutrisi kini penuh sesak tanpa pasokan yang memadai untuk program pemberian makan darurat, kata WHO, di tengah krisis yang diperparah oleh runtuhnya jalur bantuan dan pembatasan akses.
Tedros menambahkan, PBB dan mitra kemanusiaannya tidak mampu mengirimkan makanan selama hampir 80 hari antara Maret dan Mei. Meski pengiriman bantuan telah dilanjutkan, volume yang masuk masih jauh dari cukup.
Kondisi di Gaza kian memprihatinkan. Sekitar 10% dari mereka yang diskrining menderita malnutrisi parah atau sedang, sementara hingga 20% wanita hamil juga terdampak. Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk wilayah pendudukan Palestina, melaporkan bahwa pada Juli saja, 5.100 anak telah dirujuk ke program penanganan malnutrisi, termasuk 800 anak yang mengalami kekurusan parah.




