SOLO – KGPH Mangkubumi, yang baru saja dinobatkan sebagai Paku Buwono XIV, memberikan klarifikasi setelah tuduhan yang dilontarkan oleh GKR Timoer Rumbay, putri tertua Paku Buwono XIII yang menyebutnya berkhianat. Mangkubumi menyatakan bahwa tuduhan tersebut kurang tepat, mengingat pada waktu itu ia menunggu jawaban dan tidak ada pembicaraan mengenai suksesi saat pertemuan dengan sejumlah pejabat negara.
“Saya kira kurang pas, karena sampai detik itu, pada waktu itu saya menunggu jawaban,” ujar Mangkubumi, menyikapi pernyataan GKR Timoer yang menuduhnya berkhianat kepada keluarga.
Mangkubumi menjelaskan bahwa dalam pertemuan dengan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi, dan Wali Kota Solo Respati Ardi, tidak ada pembahasan mengenai suksesi atau siapa yang akan menjadi Paku Buwono XIV. Sebaliknya, menurutnya, pembicaraan lebih banyak difokuskan pada kebutuhan Keraton Solo yang bisa dibantu oleh pemerintah, termasuk tawaran pengamanan untuk prosesi kirab pemakaman Paku Buwono XIII menuju makam raja-raja Imogiri.
“Pertemuan itu dianggap oleh pihak lain sebagai kesepakatan mengenai siapa yang akan dicalonkan menjadi Paku Buwono XIV, padahal saya dengar sendiri tidak ada pembicaraan ke arah situ,” imbuh Mangkubumi.
Sebelumnya, GKR Timoer Rumbay mengklaim bahwa Mangkubumi telah setuju untuk mendukung KGPAA Hamangkunegoro sebagai penerus Paku Buwono XIII, dan menganggap penobatan Mangkubumi sebagai Paku Buwono XIV sebagai tindakan yang membelah Keraton Solo.
“Kan kami sudah berbicara. Kami sudah sepakat untuk Paku Buwono, Putra Mahkota,” ujar Rumbay, sebagaimana dilansir dari detik, Sabtu (15/11/2025), menjelaskan bahwa kesepakatan tersebut terjadi di hadapan Gubernur dan Wakil Presiden Gibran saat melayat Paku Buwono XIII.
Rumbay menilai penobatan Mangkubumi sebagai Paku Buwono XIV memecah belah Keraton Solo dengan dua kepemimpinan yang saling bertentangan. “Saya hanya kasihan keraton, dipecah belah seperti ini. Ini seperti mengulang suksesi Paku Buwono XIII yang lalu,” katanya.
Perselisihan internal ini menambah dinamika panjang dalam suksesi keluarga Keraton Solo yang kerap menjadi perhatian publik.




