JAKARTA – Rancangan proposal perdamaian terbaru dari Amerika Serikat kembali mengguncang Kyiv.
Hal ini terjadi karena isi dokumen itu mensyaratkan Ukraina menyerahkan wilayah yang kini dikuasai Rusia, sehingga isu “proposal perdamaian AS” menjadi kata kunci utama dalam perdebatan politik internasional.
Dalam draf yang digambarkan sebagai terobosan tetapi menyimpan konsekuensi strategis besar, pemerintahan Washington meminta Ukraina mengakui kendali Rusia atas Krimea dan beberapa wilayah pendudukan lain, menjadikan “penyerahan wilayah Ukraina” sebagai sorotan utama.
Sumber pejabat senior Ukraina mengungkapkan bahwa rencana tersebut juga memuat permintaan pemangkasan kekuatan militer Kyiv hingga lebih dari separuh, dengan batas maksimal 400.000 personel dan kewajiban menyerahkan semua senjata jarak jauh yang selama ini menjadi tulang punggung pertahanan.
Pejabat tersebut menegaskan bahwa belum ada kepastian apakah rancangan ini benar-benar berasal langsung dari Presiden Donald Trump atau dari lingkaran kebijakan yang dekat dengannya.
Ia juga menekankan bahwa belum ada kejelasan mengenai kompensasi apa yang mungkin ditawarkan kepada Rusia dalam skema perdamaian tersebut.
Gedung Putih kemudian memastikan kepada NBC News bahwa Trump telah memberikan persetujuan terhadap draft tersebut tanpa mengubah substansi utamanya.
Sebelum kembali menjabat, Trump berkali-kali berjanji menyelesaikan perang Ukraina lebih cepat dari pendekatan administrasi sebelumnya.
Namun Presiden AS itu kini mengakui bahwa negosiasi dengan Moskow berlangsung lebih rumit dan lebih lambat dari yang ia perkirakan.
Kemunculan dokumen perdamaian setebal 28 poin ini berbarengan dengan pernyataan Kremlin yang menyebut posisi Rusia tidak berubah sejak pertemuan antara Trump dan Vladimir Putin pada Agustus lalu.
Di sisi lain, Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, telah menggelar pertemuan dengan utusan Putin, Kirill Dmitriev, di Miami untuk membahas kerangka kerja yang terinspirasi sebagian dari gencatan senjata Gaza versi Trump.
Dmitriev menyatakan bahwa ia optimistis setelah tiga hari berdiskusi dengan Witkoff dan tim penasihat Trump, seraya menilai bahwa “posisi Rusia kini lebih didengar oleh pihak Amerika” merupakan kutipan yang tidak dapat diubah.
Dmitriev menambahkan bahwa rancangan gencatan senjata akan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang sebelumnya dibahas dalam pertemuan Alaska.
Ia juga menyebut bahwa proposal lengkap kemungkinan akan disusun dalam bentuk dokumen tertulis sebagai persiapan menuju pertemuan berikutnya antara Trump dan Putin.***