JAKARTA – Ajakan kuat bagi alumni Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) untuk mengambil peran lebih besar dalam menjadikan Indonesia sebagai episentrum peradaban Islam dunia kembali digaungkan.
Hal tersebut disampaikan Menteri Agama Nasaruddin Umar saat hadir dalam Reuni Akbar Fakultas Syariah UIN Alauddin Makassar pada Minggu, 16 November 2025.
Dalam forum tersebut, Menag menegaskan bahwa Indonesia memiliki kekuatan sosial, demografi, dan modal budaya yang mampu mendorong lahirnya pusat peradaban Islam baru di tengah dinamika kawasan Timur Tengah yang terus bergolak.
Menag menjelaskan bahwa stabilitas politik, ekonomi, serta perkembangan masyarakat muslim Indonesia telah memberikan ruang strategis untuk mengambil alih peran penting yang sebelumnya didominasi kawasan Timur Tengah.
Ia menyampaikan pandangannya terhadap situasi global dengan menekankan bahwa “Timur tengah sudah selesai melahirkan Islam, sekarang sudah waktunya di Indonesia ini berpikir ke depan, membuat episentrum pusat peradaban pengembangan Islam,” tuturnya.
Dalam pernyataannya, Menag menilai kondisi geopolitik kawasan tersebut semakin tidak kondusif dan menegaskan bahwa “Kawasan Timur Tengah tidak akan kondusif lagi, selama adanya Israel, sehingga Indonesia menjadi pilihan paling memungkinkan,” ungkap Menag.
Ia menggarisbawahi bahwa stabilitas nasional menjadi keunggulan utama yang membuat Indonesia berada pada posisi lebih siap dibanding negara-negara muslim lain yang masih menghadapi tekanan ekonomi dan politik.
Menag juga menyoroti indikator ekonomi Indonesia dengan menyebut bahwa “Inflasi masih berkutat di 1 atau kurang 1, sementara banyak negara muslim mengalami inflasi tinggi, dan pertumbuhan ekonomi di antara G20 juga urutan kedua setelah Cina, dan bahkan kata Menkeu ke depan bisa mencapai 7%,” ungkapnya.
Dalam konteks pengembangan pendidikan dan peran intelektual, Menag meminta UIN Makassar dan alumninya membaca peluang untuk berkontribusi lebih besar dalam membangun pusat kajian dan pengembangan ilmu keislaman.
Menag menegaskan alasan pemilihan Makassar dengan menyebut bahwa “Kenapa tidak Jakarta? Karena terlalu padat, terlalu sibuk, karena Makassar paling tepat secara geografis dan keilmuan,” katanya.
Ia juga menekankan karakter masyarakat Makassar yang dikenal memiliki tradisi intelektual yang kuat dan mengatakan bahwa “Kita tidak hanya dikenal sebagai pelaut, tapi juga keilmuannya, kita punya genetik untuk menjadi pusat keilmuan.”
Selain memberikan arahan, Menag turut meresmikan Gedung Wakaf IKA Fakultas Syariah dan Hukum UIN Makassar sebagai bagian dari rangkaian kegiatan reuni tersebut.
Acara reuni ini juga dihadiri Rektor UIN Makassar Hamdan Juhannis, Ketua IKA UIN Makassar Idruss Marham, serta ratusan alumni lintas generasi dari Fakultas Syariah dan Hukum.***




