JATENG – Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertimbangkan kemungkinan maju sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Wacana ini mencuat di tengah ramainya pembicaraan publik, menyusul pernyataan Jokowi yang mengisyaratkan kesiapannya terlibat dalam kepemimpinan partai yang kini dipimpin putranya, Kaesang Pangarep.
“Masih dalam kalkulasi. Jangan sampai kalau nanti misalnya saya ikut, saya kalah,” ujar Jokowi saat ditemui di Solo, Rabu (14/5/2025).
Pernyataan ini langsung mencuri perhatian publik, menunjukkan sikap kompetitif dari sosok yang dikenal dengan rekam jejak kemenangan dalam berbagai kontestasi politik.
Jokowi dan PSI: Langkah Strategis atau Kejutan Politik?
Spekulasi tentang keterlibatan Jokowi dalam PSI semakin memanas setelah partai tersebut membuka pendaftaran calon Ketua Umum. Wakil Ketua Umum PSI, Andy Budiman, bahkan secara terbuka menyatakan harapannya agar Jokowi bersedia mendaftar.
“Kemudian apakah Pak Jokowi akan menjadi calon? Kita doakan,” kata Andy, memicu antusiasme di kalangan pengurus dan simpatisan PSI.
Meski belum resmi mendaftar, Jokowi mengaku masih memiliki waktu untuk memutuskan. “Belum (mendaftar). Kan masih panjang, seingat saya masih Juni,” ungkapnya.
Pendaftaran calon Ketum PSI sendiri dijadwalkan berlangsung hingga akhir Mei 2025, memberikan ruang bagi Jokowi untuk mematangkan strateginya.
Duel Ayah dan Anak di PSI?
Menariknya, jika Jokowi benar-benar maju, ia berpotensi bersaing dengan Kaesang Pangarep, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum PSI. Namun, Jokowi tampaknya belum ingin memastikan kemungkinan “duel ayah-anak” ini.
“Mengenai peluang, dirinya belum tahu,” katanya, menambah misteri di balik manuver politiknya.
Pemilihan Ketua Umum PSI rencananya akan menggunakan sistem e-voting dengan prinsip one man, one vote, yang memungkinkan setiap anggota partai memiliki hak suara. Sistem ini diyakini akan membuat proses pemilihan lebih transparan dan demokratis, sekaligus menjadi ajang pembuktian bagi kandidat yang ingin memimpin partai berlambang mawar tersebut.
Mengapa Jokowi Jadi Sorotan?
Keterlibatan Jokowi dalam bursa Ketum PSI bukanlah hal yang mengejutkan bagi sebagian pengamat politik. Sebagai figur yang telah memenangkan lima kontestasi politik, termasuk dua periode sebagai Presiden RI, Jokowi memiliki pengalaman dan karisma yang dapat mengerek popularitas PSI.
Partai ini sendiri sedang berupaya memperkuat posisinya di kancah politik nasional, dan kehadiran Jokowi bisa menjadi katalis besar.
Namun, di sisi lain, langkah ini juga memicu pertanyaan: apakah ini bagian dari strategi Jokowi untuk tetap relevan di panggung politik pasca-masa kepresidenannya? Atau sekadar keinginan untuk mendukung PSI, partai yang kini dipimpin oleh putranya?
Apapun motifnya, pernyataan Jokowi yang penuh percaya diri berhasil menciptakan gebrakan baru di dunia politik Indonesia.
Apa Kata Publik?
Di media sosial, kabar ini langsung memicu beragam reaksi. Sebagian netizen menyambut antusias, melihat Jokowi sebagai figur yang mampu membawa PSI ke level lebih tinggi.
“Pak @jokowi akan jadi ketum. Dan PSI akan jadi Parpol dalam arti yang sesungguhnya,” tulis akun @masLeres di X.
Namun, tak sedikit pula yang menyindir, menyebut PSI sebagai “partai lawak” yang kini mencoba menarik perhatian dengan nama besar Jokowi.
Langkah Jokowi ke Depan
Hingga kini, Jokowi belum memberikan kepastian apakah ia akan benar-benar terjun dalam perebutan kursi Ketum PSI. Namun, dengan waktu pendaftaran yang masih terbuka hingga Juni 2025, publik akan terus menanti langkah strategis dari mantan presiden yang dikenal dengan pendekatan politiknya yang tak terduga.
Satu hal yang pasti, pernyataan “Jangan sampai saya kalah” menunjukkan bahwa Jokowi tetap memiliki ambisi besar di dunia politik. Akankah ia berhasil menaklukkan PSI seperti kemenangan-kemenangannya sebelumnya? Hanya waktu yang akan menjawab.