JAKARTA – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi, menegaskan akan terus memantau proses penanganan kasus perusakan rumah doa Jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Anugerah di Padang, yang mengakibatkan dua anak terluka. Arifah juga menyoroti pentingnya proses hukum terhadap para pelaku.
“Kami akan terus memantau proses pendampingan anak-anak korban serta mendorong koordinasi lintas sektor agar kejadian serupa tidak terulang. Toleransi bukan hanya slogan, tapi harus menjadi nilai yang diwujudkan dalam setiap tindakan, terutama saat menyangkut kepentingan terbaik anak. Tidak ada kompromi terhadap kekerasan, terlebih jika itu menyasar anak,” ujar Arifah Fauzi di Jakarta, Jumat (1/8/2025), dilansir dari Antara.
Ia menegaskan, penegakan hukum menjadi kunci untuk memberikan keadilan kepada korban dan mencegah kekerasan serupa pada masa depan.
Arifah Fauzi juga menekankan bahwa insiden ini seharusnya menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa menjaga ruang aman bagi anak bukan hanya tanggung jawab orang tua atau guru, tetapi seluruh masyarakat. Ia mendorong upaya memperkuat komunikasi lintas agama untuk mencegah potensi konflik serupa.
“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama saling menjaga dan memberikan perlindungan bagi anak di lingkungan terdekat. Peran masyarakat sebagai lingkungan sosial tempat anak bertumbuh dan berkembang juga memiliki andil besar dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak,” tambahnya.
Peristiwa ini bermula pada Minggu (27/7) ketika sekelompok massa mendatangi dan membubarkan kegiatan jemaat Kristen di rumah doa GKSI Anugerah, Kota Padang, Sumatra Barat. Video yang beredar luas menunjukkan sejumlah pria, sebagian membawa kayu, berteriak dan memaksa jemaat keluar dari rumah doa. Mereka kemudian memecahkan kaca jendela, merusak pagar, kursi plastik, dan fasilitas lainnya, sementara anak-anak tampak ketakutan. Setelah rumah doa kosong, warga terus melanjutkan perusakan.




