JAKARTA — Muhammadiyah akan memperingati hari kelahirannya yang ke-113 pada 18 November 2025. Menjelang perayaan tersebut, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah merilis tema dan logo resmi milad melalui Edaran Nomor 4/EDR/1.0/2025, sebagaimana tercantum di laman resminya.
Tahun ini, tema yang diusung adalah “Memajukan Kesejahteraan Bangsa.” Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menjelaskan bahwa tema tersebut mencerminkan komitmen gerakan Muhammadiyah dalam memperluas upaya kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
“Muhammadiyah melalui gerakannya semakin memperkuat dan memperluas usaha dalam memajukan kesejahteraan masyarakat yang berorientasi pada kesejahteraan sosial-ekonomi yang memiliki tumpuan pada kesejahteraan rohaniah (sejahtera spiritual dan moral), sehingga melahirkan kesejahteraan yang utuh lahir dan batin,” ujar Haedar.
Ia juga menegaskan dukungan Muhammadiyah terhadap kebijakan pemerintah yang berpihak pada keadilan sosial.
“Muhammadiyah terus mendorong dan mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan umum sebagaimana perintah UUD 1945 yang semakin nyata dan merata, lebih khusus bagi kesejahteraan rakyat dalam pondasi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia sejalan sila kelima Pancasila,” tambahnya.
Logo Milad ke-113 Muhammadiyah turut diperkenalkan sebagai simbol semangat dan identitas organisasi. Logo tersebut menampilkan angka 113 yang dibentuk dari elemen pita menyambung tanpa putus, menciptakan kesan dinamis, lentur, dan modern.
Beberapa elemen visual dalam logo memiliki makna khusus:
- Pita Tak Terputus: Melambangkan kesinambungan perjuangan Muhammadiyah dari masa ke masa.
- Angka 113: Menandai usia organisasi.
- Bentuk Dinamis dan Lentur: Menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap zaman dengan tetap menjaga nilai inti.
- Siluet Atap Gedung Sate: Merepresentasikan Kota Bandung sebagai lokasi pelaksanaan milad tahun ini.
- Simbol Cahaya Matahari: Identitas khas Muhammadiyah yang melambangkan pencerahan, harapan, dan semangat menuju kesejahteraan bangsa.
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada 8 Zulhijah 1330 H atau 18 November 1912 M di Yogyakarta, sebagai respons terhadap kondisi umat Islam yang saat itu dinilai mengalami kemunduran.