JATIM – Dunia pendidikan di Kota Pahlawan bakal mencatatkan sejarah baru. Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya menggebrak dengan rencana menjadikan Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) sebagai ekstrakurikuler resmi untuk siswa SD dan SMP mulai tahun ajaran 2025/2026.
Edukasi Lewat Dunia Game
Menurut Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh, inisiatif ini lahir dari keprihatinan terhadap kebiasaan anak-anak yang gemar bermain game, khususnya Mobile Legends.
“Itu kita salurkan, yang kebiasaan (bermain Mobile Legends) tadi dimasukkan ke minatnya anak-anak, supaya nanti terarah. Sekarang kan (eranya) digital, jadi supaya terarah,” ujar Yusuf saat berbicara di DPRD Surabaya.
Program ini bukan sekadar soal bermain game. Dispendik Surabaya ingin menjadikan Mobile Legends sebagai wadah edukatif yang mengasah keterampilan abad 21, seperti kerja sama tim, strategi, komunikasi, hingga etika digital.
“Game ini dapat mengasah kerja sama, komunikasi, hingga strategi,” kata Tri Endang Kustianingsih, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Dispendik Surabaya.
Kerja Sama dengan Moonton dan Pelatihan Guru
Untuk mewujudkan visi ini, Dispendik bekerja sama dengan Moonton Games Indonesia, pengembang Mobile Legends. Program bertajuk MLBB Teacher Ambassador telah melatih sekitar 300 guru di Surabaya untuk mendampingi siswa dalam kegiatan ini.
Guru-guru ini dibekali keterampilan untuk mengarahkan siswa agar bermain game secara sehat dan produktif. “Permainan bisa jadi media edukasi yang positif untuk membuat siswa berprestasi,” ungkap Tri Endang.
Langkah ini juga selaras dengan kebijakan nasional yang mulai mengintegrasikan kurikulum berbasis kecerdasan buatan (AI) dan coding, seperti yang tengah dikembangkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Dengan ekstrakurikuler ini, sekolah di Surabaya diharapkan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang kian pesat.
Namun, rencana ini tak lepas dari sorotan. Pakar IT dari UM Surabaya, Lukman Hakim, menilai Mobile Legends sebagai ekstrakurikuler perlu diterapkan dengan pendekatan yang kontekstual dan konstruktif.
“Namun, kita juga perlu mencermati bahwa potensi tersebut lebih banyak muncul ketika tidak ada pendampingan, edukasi, dan pengelolaan yang tepat dari pihak sekolah maupun orang tua,” ujar Lukman.
Di media sosial, warganet pun terbelah. Sebagian mendukung inisiatif ini sebagai langkah inovatif yang relevan dengan minat generasi digital.
“Keren, sekolah mulai ngerti zaman. Anak-anak bisa belajar sambil main game yang mereka suka,” tulis salah satu pengguna di X.
Namun, ada pula yang skeptis, mempertanyakan apakah game ini justru akan mengalihkan fokus siswa dari pembelajaran akademik.
“ANEH Nyeleh… Dinas Pendidikan Kota Surabaya bakal masukan Mobile Legends ke dalam kurikulum di sekolah,” cuit akun @NenkMonica.
Surabaya, Pelopor E-Sport di Sekolah
Dengan kebijakan ini, Surabaya menjadi kota pertama di Indonesia yang secara resmi mengadopsi Mobile Legends sebagai ekstrakurikuler. Dispendik juga berencana menggandeng komunitas e-sport dan pelatih profesional untuk memberikan pembinaan bertahap. Program ini diharapkan tidak hanya membuat siswa lebih terarah dalam bermain game, tetapi juga membuka peluang mereka berkarier di industri e-sport yang kini kian berkembang.
Masa Depan Pendidikan Digital
Rencana ini menandai langkah berani Surabaya dalam menyambut era digital. Dengan pendekatan yang tepat, Mobile Legends bisa menjadi jembatan antara hobi anak-anak dan pembelajaran yang bermakna. Namun, keberhasilan program ini bergantung pada pelaksanaan yang matang, pengawasan ketat, dan keseimbangan dengan pendidikan akademik.




