JAKARTA – Paus Leo XIV menyampaikan duka mendalam atas laporan kekerasan brutal di Kota Al-Fashir, Darfur, Sudan. Dalam pidato Angelus migguan di Laprangan Santo Petrus, Minggu (2/11/2025), pemimpin umat Katolik sedunia itu mendesak gencatan senjata segera dan pembukaan koridor kemanusiaan untuk meringankan penderitaan warga sipil.
“Saya mengikuti dengan kesedihan besar berita tentang kekejaman mengerikan di Al-Fashir,” ujar Paus Leo, menyoroti kekerasan tanpa pandang bulu terhadap perempuan dan anak-anak, serangan terhadap warga tak bersenjata, serta hambatan serius terhadap aksi kemanusiaan. “Penderitaan yang tak tertoleransi ini harus segera dihentikan,” tegasnya, sebagaimana dilansir dari Reuters, Senin (3/11/2025).
Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) pada Jumat (1/11) melaporkan, ratusan warga sipil dan pejuang tak bersenjata kemungkinan tewas akhir Oktober lalu saat Pasukan Dukungan Cepat (RSF) merebut Al-Fashir. Kota benteng terakhir Tentara Sudan di Darfur itu jatuh setelah pengepungan 18 bulan, memaksa puluhan ribu penduduk mengungsi dalam kondisi darurat.
Paus Leo pun mengajak komunitas internasional bertindak “tegas dan murah hati” untuk mendukung upaya bantuan. Seruan ini menjadi sorotan global di tengah eskalasi konflik Sudan yang telah menewaskan ribuan jiwa sejak 2023.
Paus Leo Juga Sentil Kerusuhan Pasca-Pemilu Tanzania
Tak berhenti di Sudan, Paus Leo juga menyinggung situasi Tanzania. Bentrokan pasca-pemilu nasional baru-baru ini menyebabkan korban jiwa signifikan. “Hindari kekerasan dan tempuhlah jalan dialog,” imbaunya kepada semua pihak, guna mencegah spiral konflik lebih lanjut.
Seruan Paus ini mencerminkan peran Vatikan sebagai suara moral dunia, terutama di hotspot krisis kemanusiaan seperti Darfur dan Afrika Timur. Pengamat menilai, intervensi verbal Paus sering menjadi katalisator aksi diplomatik internasional.
*Kata kunci: Paus Leo, gencatan senjata Sudan, Al-Fashir Darfur, krisis kemanusiaan, kerusuhan Tanzania, pidato Angelus*




