Live Program UHF Digital

Pelestarian Tradisi Bekamal dan Serambi Budaya di Desa Tamansuruh

Banyuwangi – Desa Tamansuruh melestarikan kuliner tradisional berusia ratusan tahun, termasuk bekamal. Bekamal adalah fermentasi daging yang diawetkan dalam gerabah dengan penggaraman, sehingga tahan bertahun-tahun. Metode ini digunakan sebelum adanya kulkas untuk memastikan daging bisa dikonsumsi dalam waktu lama.

“Aroma bekamal memang kurang sedap selama 2-3 hari pertama, tetapi akan hilang setelah beberapa minggu. Proses pengawetan menggunakan garam, gula, dan asam sangat efektif. Bekamal memiliki aroma asam khas,” kata Andiyah (50), seorang anggota Suku Osing di Desa Tamansuruh, Kamis (20/6).

“Tradisi ini dimulai saat kami ingin menyimpan daging kurban dalam jangka waktu lama karena sulitnya mendapatkan daging. Pengawetan menjadi solusi terbaik agar daging bisa tetap dikonsumsi,” tambah Andiyah.

Proses pengawetan bekamal melibatkan penjemuran di bawah matahari dan penyimpanan dalam gerabah kedap udara secara berulang hingga aroma busuk berkurang. Bekamal kemudian dimasak dengan cara ditumis menggunakan minyak sedikit, bawang merah dan putih, serta irisan cabe. Bekamal juga bisa dimasak dengan bumbu kecap dan rempah seperti kunyit, bawang, dan sereh, menyerupai semur yang disebut cemek-cemek oleh Suku Osing.

Pelestarian Tradisi Bekamal dan Serambi Budaya di Desa Tamansuruh

“Bekamal memang khas, meskipun banyak yang tidak suka baunya selama proses pengawetan, rasanya sangat lezat setelah dimasak,” tutup Andiyah.

Mengolah bekamal perlu menjadi prioritas dalam pelestarian bagi generasi muda agar warisan kuliner Suku Osing tetap terjaga. Meski daging kini mudah diperoleh dan pengawetan modern telah dikenal, bekamal tetap menjadi ciri khas dengan aroma tradisionalnya yang unik.

Selain kuliner, Desa Tamansuruh memiliki Serambi Budaya yang digagas oleh Dompet Dhuafa bersama masyarakat Suku Osing. Inisiatif ini mendorong masyarakat untuk mencintai budaya asli Indonesia. Desa Tamansuruh, yang terletak di kaki Gunung Ijen, kaya akan etnik budaya seperti Mocoan Lontar Yusuf, Burdah, Kuntulan, Pencak Sumping, dan seni budaya lainnya.

Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak destinasi wisata budaya dengan berbagai potensi seni. Desa Tamansuruh telah beradaptasi dengan akulturasi antara generasi tua dan milenial untuk melestarikan dan mengajarkan tradisi. Generasi milenial Desa Tamansuruh sadar bahwa tradisi harus dijaga dan dilestarikan.

Ada enam desa yang dipilih sebagai lokasi Serambi Budaya Dompet Dhuafa, yaitu di Maluku, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, dan Banyuwangi, Jawa Timur. Dompet Dhuafa akan terus mengembangkan Serambi Budaya ini agar setiap budaya di Nusantara menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *