JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menyambut kedatangan Raja Yordania Abdullah II ibn Al Hussein di Halim Perdanakusuma dengan pelukan hangat. Momen singkat namun bermakna itu terjadi di tengah gemuruh mesin pesawat dan jet tempur F-16 yang mengawal langit ibu kota, menandai awal kunjungan kenegaraan Raja Abdullah ke Indonesia.
Pelukan itu bukan sekadar protokol kenegaraan. Di balik jas abu-abu Prabowo dan jas hitam Raja Abdullah, terlihat kehangatan yang terpancar dari senyuman keduanya. Sejenak, dunia yang penuh konflik seolah berhenti, digantikan oleh gambaran dua pemimpin yang saling menghormati dan mempercayai.
Tak lama setelah pelukan, kedua kepala negara naik ke mobil yang sama, dengan satu barisan kursi dan satu tujuan: mempererat tali persaudaraan Indonesia dan Yordania. Di belakang mereka, putra Presiden Prabowo, Didit Hediprasetyo, berdiri bersama para menteri, seolah turut merasakan kehangatan yang sama.
Bagi Indonesia, kunjungan ini bukan sekadar agenda diplomatik. Ini adalah kunjungan seorang raja dari negeri jauh yang memilih Jakarta sebagai salah satu destinasi pertama di Asia Tenggara pada masa kepemimpinan baru. Bagi Prabowo, ini adalah penyambutan pertama seorang raja Arab di era kepresidenannya, dan dilakukan dengan cara yang paling manusiawi: pelukan.
Di tengah dunia yang sering dingin karena politik dan kepentingan, momen sore itu mengingatkan bahwa diplomasi terbaik sering kali dimulai dari hati.
Kunjungan kenegaraan Raja Abdullah II selama beberapa hari ke depan dijadwalkan membahas kerja sama di bidang ekonomi, pendidikan, dan pertahanan. Namun, gambar yang akan terus dikenang publik adalah pelukan dua pemimpin di bawah langit Jakarta, seolah berkata tanpa suara bahwa mereka adalah saudara.




