JAKARTA – Lebih dari 400 personel penegak hukum dikerahkan pada Sabtu (13/12/2025) untuk memburu pelaku penembakan di Universitas Brown, Rhode Island, yang menewaskan dua mahasiswa dan melukai sembilan orang lainnya. Insiden tersebut terjadi di kampus Ivy League saat mahasiswa tengah mengikuti ujian.
Kampus yang berlokasi di Providence itu masih berada dalam status lockdown selama beberapa jam setelah kejadian, menyusul laporan adanya seorang pria bersenjata api yang memasuki gedung perkuliahan. Meski demikian, Wali Kota Providence Brett Smiley mengatakan aparat tidak meyakini adanya ancaman lanjutan yang spesifik. Namun, perintah shelter-in-place bagi kampus dan wilayah sekitar tetap diberlakukan demi kelancaran penyelidikan.
“Perintah shelter-in-place memungkinkan (penegak hukum) untuk melakukan pekerjaan mereka pada fase pertama penyelidikan,” kata Smiley, dilansir dari Reuters, Minggu (14/12/2025).
Pantauan di sekitar kampus menunjukkan peningkatan pengamanan dengan banyaknya kendaraan darurat memenuhi jalan-jalan sekitar. Aparat federal dari FBI dan ATF turut bergabung dengan kepolisian lokal dan negara bagian untuk memburu pelaku yang hingga kini belum tertangkap.
Polisi merilis rekaman video tersangka, yang digambarkan sebagai pria berusia sekitar 30-an tahun dan mengenakan pakaian serba hitam. Wakil Kepala Polisi Providence Timothy O’Hara menyebut kemungkinan tersangka memakai masker, meski hal itu belum dapat dipastikan.
Penyelidik menemukan selongsong peluru di lokasi kejadian, namun detail lebih lanjut belum diungkap ke publik. Pelaku diketahui melarikan diri usai menembaki mahasiswa di sebuah ruang kelas gedung teknik Barus & Holley, yang pintu luarnya tidak terkunci saat ujian berlangsung. Aparat masih menyelidiki motif dan alasan pemilihan lokasi tersebut.
Presiden Universitas Brown Christina Paxson menyampaikan bahwa seluruh atau hampir seluruh korban merupakan mahasiswa.
“Ini adalah hari yang diharapkan tidak pernah terjadi, dan kini telah terjadi,” kata Paxson.
Dari sembilan korban luka, tujuh di antaranya dilaporkan dalam kondisi kritis hingga Sabtu malam, menurut Brown University Health.
Universitas Brown yang terletak di kawasan College Hill memiliki ratusan gedung akademik dan asrama. Pelaku diduga melarikan diri melalui kawasan yang biasanya ramai oleh restoran dan kedai kopi.
Mahasiswa Berlindung Berjam-jam
Setelah peringatan penembak aktif dikeluarkan, pihak kampus segera memerintahkan mahasiswa untuk berlindung di tempat masing-masing. Salah satu mahasiswa, Chiang-Heng Chien, mengaku bersembunyi di bawah meja laboratorium bersama rekan-rekannya selama hampir dua jam setelah menerima peringatan darurat.
Gubernur Rhode Island Daniel McKee menegaskan bahwa pelaku akan diadili.
“Kami akan memastikan bahwa kami menangkap individu yang telah membawa begitu banyak penderitaan bagi begitu banyak orang.”
Upaya pencarian pelaku semakin kompleks karena padatnya aktivitas warga, termasuk pembeli liburan dan ribuan orang yang menghadiri acara akhir pekan. Polisi federal serta aparat dari kota-kota sekitar turut membantu pencarian, sementara sejumlah tempat hiburan meningkatkan pengamanan.
Aparat kini menelusuri rekaman video dan menampung informasi dari masyarakat.
“Beberapa tips telah masuk. Kami telah menelusurinya,” kata O’Hara. “Belum ada yang berhasil untuk kami.”
Presiden Donald Trump mengatakan dirinya telah menerima laporan terkait peristiwa tersebut dan menyebutnya sebagai kejadian yang mengerikan.
“Yang bisa kita lakukan saat ini hanyalah berdoa untuk para korban dan mereka yang terluka sangat parah.”
Penembakan massal masih menjadi persoalan serius di Amerika Serikat. Data Gun Violence Archive mencatat 389 insiden penembakan massal sepanjang tahun ini, termasuk setidaknya enam kejadian di lingkungan sekolah.
Mahasiswa Brown, Zoe Weissman, mengaku peristiwa tersebut membuatnya terpukul.
“Saya merasa kebas, dan semakin marah,” ujarnya.
Weissman, yang sebelumnya menjadi penyintas penembakan di Parkland, Florida, menambahkan,
“Saya terkejut tapi tidak terkejut.”