Deepfake berbasis AI kini menyumbang satu dari lima upaya penipuan biometrik, menurut laporan global yang menganalisis lebih dari satu miliar verifikasi identitas di 195 negara. Temuan ini menunjukkan eskalasi penipuan digital yang semakin canggih—dan membuat banyak profesional keamanan siber kewalahan.
Laporan Identity Fraud 2026 Entrust, dirilis pada 18 November, menemukan bahwa pemalsuan digital telah melonjak hingga mencakup 35% kasus penipuan dokumen, sementara serangan injeksi—di mana gambar atau video palsu disisipkan langsung ke sistem verifikasi—tumbuh 40% per tahun. Analisis dilakukan terhadap data dari satu miliar verifikasi identitas di 30 sektor antara September 2024 dan September 2025.
Deepfake Paling Banyak Menyerang Sektor Keuangan Digital
Industri kripto menjadi sasaran terbesar dengan 60% upaya penipuan biometrik menggunakan deepfake. Bank digital-first menyusul dengan tingkat 22%, sementara sektor pembayaran dan merchant mencatat 13%.
Laporan menjelaskan bahwa teknologi yang dulu membutuhkan perangkat lunak kompleks kini dapat dilakukan hanya dengan model AI sumber terbuka dan beberapa prompt. Tiga teknik utama deepfake yang digunakan penipu adalah:
-
Identitas sintetis (wajah AI yang tidak mewakili orang sungguhan)
-
Face swapping
-
Selfie animasi yang menggerakkan foto statis dengan AI
Kasus selfie deepfake melonjak 58% pada 2025, sementara jumlah file deepfake global meledak dari 500.000 pada 2023 menjadi 8 juta pada 2025.
Mayoritas Profesional Anti-Penipuan Tidak Siap
Survei ACFE dan SAS menunjukkan kurang dari 10% profesional anti-fraud siap menghadapi ancaman ini. Sebanyak 77% melaporkan lonjakan rekayasa sosial berbasis deepfake dalam dua tahun terakhir, dan 83% memprediksi peningkatan yang lebih besar ke depan.
“Deteksi makin canggih, tetapi jaringan penipuan berkembang lebih cepat, lebih terorganisir, dan semakin komersial,” kata Simon Horswell, Senior Fraud Specialist Entrust. “Identitas adalah garis depan baru—dan harus dilindungi di seluruh siklus hidup pelanggan.”
Serangan Injeksi Jadi Ancaman Terbesar
Laporan juga menyoroti bahwa injeksi kamera virtual menjadi metode serangan deepfake paling umum. Teknik ini mem-bypass kamera fisik dan memasukkan data biometrik palsu langsung ke sistem verifikasi, sering dipadukan dengan emulasi perangkat.
Meski pemalsuan fisik masih menyumbang 47% penipuan dokumen, ketersediaan AI generatif mempercepat lonjakan pemalsuan digital. TRM Labs mencatat penipuan kripto berbasis AI naik 456% antara Mei 2024–April 2025.
Sementara itu, kemampuan manusia mendeteksi deepfake tertinggal jauh—rata-rata orang hanya berhasil mengidentifikasi deepfake berkualitas tinggi 1 dari 4 kali.