JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalop) menghimpun laporan terkini sejak Kamis, (4/12) pukul 07.00 WIB hingga Jumat, (5/12) pukul 07.00 WIB. Laporan tersebut mencakup beberapa daerah mengalami kejadian banjir dan banjir rob yang dipicu oleh hujan berintensitas tinggi, serta cuaca ekstrem.
Salah satu kejadian pertama yang tercatat adalah banjir rob yang melanda wilayah Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, pada Kamis (4/12) sekitar pukul 07.00 WIB. Banjir rob ini dipicu oleh hujan berintensitas tinggi yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut sehingga menggenangi permukiman warga. Dampaknya dirasakan di sejumlah kecamatan, khususnya Kecamatan Legon Kul (Desa Mayangan dan Desa Legon), Kecamatan Pusakanagara (Desa Patimban), serta Kecamatan Blanakan (Desa Muara).
Berdasarkan data sementara, sebanyak 861 kepala keluarga atau 2.648 jiwa terdampak banjir tersebut. Kerusakan material sekitar 861 rumah warga turut terendam. BPBD Kabupaten Subang telah melakukan kaji cepat serta menjalin koordinasi dengan instansi terkait guna mempercepat proses penanganan di lokasi.
Situasi di lapangan hingga saat ini, air masih menggenangi rumah warga dengan ketinggian 20 hingga 50 cm. Sejumlah akses jalan di beberapa titik terputus akibat genangan, menghambat mobilitas masyarakat dan memperlambat distribusi bantuan. Kebutuhan mendesak saat ini meliputi penyaluran bantuan logistik untuk mendukung warga terdampak yang ruang geraknya terbatas.
Di wilayah lain, banjir di Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Banjir melanda wilayah tersebut pada Rabu (3/12) sekitar pukul 16.30 WIB, dipicu hujan deras berintensitas tinggi yang mengguyur beberapa kecamatan sejak siang hingga malam. Tingginya curah hujan menyebabkan debit air sungai meningkat dan meluap ke permukiman warga, menutup beberapa ruas jalan dan mengganggu mobilitas masyarakat.
Banjir memberikan dampak signifikan pada sejumlah kecamatan dan pekon. Dampak tercatat di empat kecamatan dengan total delapan pekon, yaitu Kecamatan Ngaras (Pekon Rajabasa), Kecamatan Ngambur (Pekon Siring Balak dan Pekon Sukabanjar), Kecamatan Bangkunat (Pekon Pemerihan, Pekon Sukamarga, Pekon Tanjung Kemala, dan Pekon Pagar Bukit Induk), serta Kecamatan Pesisir Selatan (Pekon Sukarame). Sebanyak 114 kepala keluarga terdampak langsung oleh luapan air.
Dari hasil pendataan, sejumlah kerusakan infrastruktur dan lahan pertanian mulai teridentifikasi. Kerugian material meliputi 114 unit rumah terendam, satu jembatan terdampak, sekitar 6,5 hektare area persawahan tergenang, serta satu akses jalan desa yang terputus. Meski tidak ada laporan korban luka maupun jiwa, kondisi ini mengganggu aktivitas masyarakat dan memerlukan penanganan cepat.
BPBD Kabupaten Pesisir Barat telah melakukan kaji cepat di lokasi dan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mempercepat penanganan darurat. Kebutuhan mendesak di lapangan antara lain alkon (alat komunikasi atau alat pompa sesuai konteks), peralatan logistik, serta bantuan sembako bagi warga terdampak. Kondisi terkini banjir mulai berangsur surut, namun monitoring tetap dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan susulan.
Tidak hanya banjir, cuaca ekstrem juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Cuaca ekstrem melanda pada Rabu (3/12), ditandai hujan berintensitas tinggi disertai angin kencang yang menyebabkan sejumlah pohon tumbang dan menimpa area permukiman. Kejadian ini mengakibatkan satu orang meninggal dunia dan merusak puluhan rumah warga.
Korban meninggal telah berhasil dievakuasi. Sementara itu, proses pembersihan dan penanganan pohon tumbang masih terus dilakukan untuk memulihkan akses dan mengurangi risiko tambahan bagi masyarakat.
Dampak kejadian tercatat di dua kecamatan dengan total empat desa terdampak, yaitu Kecamatan Gucialit (Desa Gucialit, Desa Pakel, dan Desa Kenongo) serta Kecamatan Padang (Desa Kedawung). Sebanyak 37 kepala keluarga terdampak langsung oleh cuaca ekstrem ini, sementara 37 unit rumah mengalami kerusakan dengan kategori rusak ringan. BPBD Kabupaten Lumajang telah melakukan asesmen dan kaji cepat, serta berkoordinasi dengan aparat setempat untuk mempercepat penanganan. Upaya penanganan darurat difokuskan pada evakuasi warga terdampak, perbaikan kerusakan bangunan, dan pemotongan pohon tumbang yang masih menghalangi akses di sejumlah titik.
Di wilayah pesisir utara Jawa Barat, banjir rob kembali dilaporkan, kali ini di Kabupaten Indramayu. Kejadian ini terjadi pada Kamis (4/12) sekitar pukul 04.36 WIB ketika air laut pasang meluap melalui Sungai Perawan dan Sungai Nippon. Luapan air menggenangi jalan-jalan di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur. Hingga pukul 08.35 WIB, ketinggian air terus meningkat hingga 50–60 cm dan memasuki permukiman warga, menyebabkan aktivitas masyarakat terganggu.
Luapan air pasang berdampak pada 2.568 kepala keluarga atau sekitar 8.033 jiwa, serta merendam sekitar 1.512 unit rumah. Genangan yang cukup tinggi membuat warga mengevakuasi barang-barang penting sambil menunggu air surut. Meski tidak ada laporan korban jiwa, banjir rob ini berdampak luas pada masyarakat pesisir yang rentan terhadap kenaikan muka air laut.
Menanggapi kondisi tersebut, tim Pusdalops segera melakukan langkah cepat untuk memastikan kebutuhan warga terpenuhi. BPBD Kabupaten Indramayu telah melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan Kecamatan Kandanghaur, Pemerintah Desa Eretan Kulon, serta Polsek Kandanghaur. Pendataan warga dan rumah terdampak dilakukan secara bertahap untuk memastikan seluruh kebutuhan dapat terakomodasi. Perkembangan terkini, air rob dilaporkan telah surut dan warga mulai melakukan pembersihan sisa-sisa banjir di rumah masing-masing.
Peristiwa ini terjadi dalam masa Status Siaga Darurat Bencana Banjir, Banjir Bandang, Cuaca Ekstrem, Gelombang Ekstrem, Abrasi, dan Tanah Longsor sebagaimana tercantum dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 360/Kep.626-BPBD/2025, berlaku dari 15 September 2025 hingga 30 April 2026.
BNPB mengimbau masyarakat di wilayah rawan banjir, rob, dan cuaca ekstrem untuk selalu mewaspadai perubahan kondisi cuaca dan lingkungan sekitar. Masyarakat diharapkan memastikan berada di tempat aman, menghindari area yang berpotensi membahayakan, serta menjaga agar saluran drainase tidak tersumbat. Jika terjadi keadaan darurat atau membutuhkan bantuan, warga diminta segera berkoordinasi dengan BPBD atau aparat setempat agar penanganan dapat dilakukan dengan cepat.