JAKARTA – Seorang anggota parlemen Israel dari kubu oposisi, Ayman Odeh, menjadi sorotan setelah secara paksa dikeluarkan dari ruang sidang Knesset, parlemen Israel, pada Sabtu, 25 Mei 2025. Insiden ini terjadi ketika ia tengah berbicara blak-blakan tentang kondisi kemanusiaan yang memprihatinkan di Gaza, Palestina.
Momen dramatis tersebut memicu perdebatan sengit, baik di dalam ruangan maupun di ranah publik.
Kronologi Insiden yang Menghebohkan
Dalam sidang parlemen, Ayman Odeh, yang dikenal vokal menyuarakan isu-isu kemanusiaan, mengkritik keras kebijakan Israel di Gaza. Ia menyebut parlemen lemah karena gagal mencapai solusi politik yang berarti.
“Mengapa? Karena tidak ada kemenangan politik,” tegasnya.
Pernyataan tersebut memicu ketegangan. Tak lama setelah ia berbicara, Ayman ditarik secara paksa dari podium oleh petugas keamanan parlemen. Tindakan ini memunculkan reaksi keras darinya. Melalui akun X pribadinya, ia mengecam pengusiran tersebut sebagai pelanggaran aturan.
“Ini kebenaran!” tulisnya, menegaskan bahwa upayanya mengungkap situasi di Gaza tidak bisa dibungkam.
Krisis Gaza: Sorotan Dunia
Pernyataan Ayman Odeh menyoroti memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza, wilayah yang telah lama menjadi pusat konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Laporan terbaru menyebutkan bahwa hanya 19 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi, dengan tenaga medis bekerja dalam kondisi yang nyaris tak manusiawi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan meminta Israel untuk menunjukkan “belas kasihan” dalam konflik ini. Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, tampak menahan tangis saat menyampaikan permohonan tersebut. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Gaza akan berada di bawah kendali Israel pasca-operasi militer, sebuah rencana yang menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk China.
Reaksi Publik dan Kontroversi
Pengusiran Ayman Odeh memicu gelombang reaksi di media sosial. Banyak pihak memuji keberaniannya mengungkap fakta di tengah tekanan politik, sementara sebagian lainnya menganggap tindakannya sebagai bentuk provokasi. Di platform X, isu ini menjadi topik hangat, mencerminkan ketegangan politik yang sedang berlangsung di Israel.
Ayman menegaskan bahwa tindakan terhadapnya merupakan pelanggaran prinsip demokrasi. Ia menyerukan agar parlemen Israel membuka ruang diskusi yang lebih terbuka tentang Gaza, bukan justru membungkam suara-suara kritis.
Dampak Global dan Seruan Perdamaian
Peristiwa ini menambah daftar panjang ketegangan dalam konflik Israel-Palestina. Komunitas internasional terus mendesak tercapainya gencatan senjata. Paus Fransiskus, misalnya, baru-baru ini meminta Israel menghentikan serangan di Gaza, menyebut situasi kemanusiaan di wilayah tersebut sebagai “sangat memprihatinkan.”
Sementara itu, laporan PBB menuduh Israel melakukan tindakan genosida, meskipun tuduhan ini dibantah keras oleh Perdana Menteri Netanyahu.
Kisah Ayman Odeh bukan sekadar drama politik di ruang parlemen. Ini mencerminkan konflik yang lebih luas, yang terus menelan korban jiwa dan menyita perhatian dunia. Dengan kondisi kemanusiaan di Gaza yang semakin kritis, suara-suara seperti milik Ayman menjadi penting untuk menggugah kesadaran global.