QATAR – Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa menuding Israel sengaja “mengekspor krisis” ke Suriah untuk mengalihkan perhatian dunia dari “pembantaian mengerikan” yang terus berlangsung di Jalur Gaza. Pernyataan keras itu ia sampaikan dalam wawancara eksklusif dengan jurnalis CNN Christiane Amanpour di sela Forum Doha ke-23, Sabtu (7/12/2025).
“Israel telah menjadi negara yang sedang berperang melawan hantu,” tegas al-Sharaa. Ia menambahkan bahwa para pemimpin Israel “mengekspor krisis ke negara-negara lain” untuk menghindari tanggung jawab atas apa yang ia sebut sebagai “pembantaian mengerikan di Gaza”.
Menurut al-Sharaa, sejak rezim Bashar al-Assad runtuh pada 8 Desember 2024, Israel telah melancarkan lebih dari 1.000 serangan udara dan 400 kali penyusupan darat ke wilayah Suriah.
Penolakan terhadap Perubahan Perjanjian 1974
Pernyataan presiden Suriah itu muncul di tengah memanasnya situasi di zona penyangga Dataran Tinggi Golan. Sejak jatuhnya Assad, pasukan Israel menduduki area yang seharusnya dipantau PBB berdasarkan Perjanjian Penarikan Pasukan 1974 pasca-Perang Yom Kippur.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahkan menuntut pembentukan zona demiliterisasi baru dari Damaskus hingga Gunung Hermon. Al-Sharaa menolak keras usulan tersebut.
“Mengubah perjanjian penarikan pasukan 1974 dapat membawa kita ke tempat yang berbahaya,” tegasnya.
Ia juga mempertanyakan logika zona demiliterisasi yang diusulkan Israel:
“Siapa yang akan melindungi zona penyangga ini jika tentara Suriah tidak diizinkan berada di sana?”
Perjanjian 1974 yang menciptakan zona pemisahan seluas 235 km² dan dipatroli pasukan PBB telah bertahan stabil lebih dari setengah abad.
Serangan Beit Jinn dan Reaksi Dunia
Eskalasi terbaru terjadi pada 27 November 2025, ketika serangan udara Israel di desa Beit Jinn, Suriah selatan, menewaskan sedikitnya 13 warga sipil, termasuk dua anak kecil. Damaskus mengecam keras serangan itu sebagai “kejahatan perang”. Sementara itu, militer Israel mengklaim hanya menargetkan anggota kelompok Jamaa Islamiya berbasis Lebanon.
Campur Tangan AS dan Sinyal Damai dari Damaskus
Presiden AS Donald Trump pada 1 Desember 2025 memperingatkan Israel agar menjaga “dialog yang kuat dan tulus dengan Suriah” serta tidak mengganggu “evolusi Suriah menjadi negara yang makmur”. Peringatan ini datang tak lama setelah insiden Beit Jinn dan menjadi bagian dari upaya mediasi menuju pakta non-agresi Israel–Suriah.
Al-Sharaa menyebut ada negosiasi intensif dengan Washington terkait penarikan penuh pasukan Israel ke posisi sebelum Desember 2024.
“Kami telah mengirimkan pesan positif mengenai perdamaian dan stabilitas regional sejak berkuasa,” ujarnya. Namun, menurutnya, respons Israel justru berupa “kekerasan ekstrem”.
Ketegangan Israel–Suriah pasca-runtuhnya Assad terus memanaskan Timur Tengah dan menjadi sorotan utama Forum Doha 2025. Dunia menanti apakah mediasi AS mampu meredam eskalasi atau justru memicu babak baru konflik regional.