BEIJING, CHINA – Presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan kritik tajam terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menuduhnya menerapkan taktik era kolonial untuk menekan China dan India.
Dalam pernyataannya di Beijing usai menghadiri peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II, Putin menegaskan bahwa era kolonialisme telah lama berakhir dan menyerukan penghormatan terhadap kedaulatan negara-negara besar seperti China dan India.
“Negara-negara ini harus berurusan dengan kolonial, dengan serangan terhadap kedaulatan mereka untuk jangka waktu yang lama,” ujar Putin kepada media Rusia, Jumat (5/9/2025).
Ia menyoroti tantangan berat yang dihadapi China dan India, termasuk sejarah panjang kolonialisme dan upaya asing untuk melemahkan kedaulatan mereka.
Putin mempertanyakan pendekatan Trump yang dinilainya tidak memahami dinamika politik dan sejarah negara-negara tersebut. “Anda tahu, ketika orang-orang dari luar berkata, ‘Kami akan mempersulit Anda dan menghukum Anda…’ Bagaimana para pemimpin negara-negara ini—kekuatan ekonomi besar yang telah melewati masa-masa sulit dalam sejarah mereka, masa-masa kolonialisme dan serangan terhadap kedaulatan mereka dalam kurun waktu sejarah yang panjang—seharusnya bereaksi terhadap hal itu?” papar Putin.
“Anda harus memahami bahwa jika salah satu dari mereka menunjukkan kelemahan, karier politiknya akan berakhir, sehingga hal itu memengaruhi perilakunya.” tambahnya.
Menurut Putin, sikap tegas para pemimpin China dan India adalah respons alami terhadap tekanan eksternal yang mencerminkan kekuatan domestik mereka.
Kritik atas Kebijakan Tarif Trump
Putin secara khusus menyinggung kebijakan tarif Trump terhadap India, yang memberlakukan tarif 50 persen karena pembelian minyak Rusia.
Sementara itu, terhadap China, Trump awalnya mengenakan tarif sebesar 145 persen, yang kemudian diturunkan menjadi 30 persen setelah kesepakatan sementara dengan Beijing. Sebaliknya, China juga mengurangi tarif atas barang AS dari 125 persen menjadi 10 persen.
“Era kolonial telah berakhir. Mereka harus menyadari bahwa mereka tidak dapat menggunakan istilah ini ketika berbicara dengan mitra mereka,” tegas Putin.
Sindiran terhadap Sanksi Uni Eropa dan Situasi Ukraina
Putin juga menyentil langkah Uni Eropa yang tengah mempersiapkan sanksi putaran ke-19 terhadap Rusia serta ancaman terhadap mitra-mitra Moskow.
“Peristiwa di Ukraina hanya digunakan sebagai dalih untuk menyelesaikan masalah ekonomi dengan beberapa negara yang hubungan dan keuntungan ekonominya tidak menguntungkan pihak tertentu,” ungkapnya.
Pernyataan Putin ini mencerminkan ketegangan geopolitik yang kian memanas, sekaligus menegaskan posisi Rusia dalam mendukung kedaulatan dan otonomi ekonomi negara-negara seperti China dan India.
Kritik ini juga menjadi sorotan di tengah dinamika hubungan internasional yang kompleks, terutama menjelang perkembangan baru dalam kebijakan perdagangan global.