JAKARTA – PT Rekayasa Industri (Rekind) secara resmi menandatangani kontrak EPC pembangunan Pabrik NPK berbasis nitrat pertama di Indonesia bersama PT Pupuk Kujang.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih dan Direktur Utama PT Pupuk Kujang Budi Santoso Syarif, tepat pukul 09.00 WIB, Selasa (28/10), di Gedung Anggrek PT Pupuk Kujang, Karawang, Jawa Barat.
Penandatanganan itu turut disaksikan oleh perwakilan dari PT Pupuk Indonesia (Persero) selaku induk perusahaan Rekind dan PT Pupuk Kujang, serta jajaran direksi dari kedua perusahaan.
Momen bersejarah itu menjadi simbol kolaborasi strategis antara dua entitas unggulan di bawah naungan Pupuk Indonesia Group, yang sama-sama memiliki misi besar, memperkuat kemandirian industri pupuk nasional.
“Kami bangga dan berterima kasih atas kepercayaan yang kembali diberikan kepada Rekind untuk berperan dalam proyek strategis nasional ini.”
“Kepercayaan ini bukan sekadar penugasan membangun pabrik pupuk modern, melainkan sebuah kehormatan dan tanggung jawab besar yang akan kami jalankan dengan kinerja terbaik dan profesional,” ujar Triyani Utaminingsih usai acara penandatanganan.
Dia menambahkan, pabrik NPK berbasis nitrat dengan target kapasitas produksi 100 ribu ton/tahun ini memiliki makna historis tersendiri, karena menjadi pabrik pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi berbasis Fusion Technology Granular Nitrate Base, berbeda dari pabrik NPK yang selama ini berbasis urea.
“Melalui pembangunan pabrik ini, Rekind ingin menunjukkan bahwa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara maju, membangun fasilitas pupuk berstandar global, sekaligus menjadi pelopor teknologi berbasis nitrat yang selama ini masih bergantung pada impor,” tutur wanita yang akrab disapa Yani itu yakin.
Proyek inovatif yang ditargetkan rampung pada kwartal III 2027 ini tidak hanya menjadi tonggak kemajuan bagi sektor pupuk, tetapi juga memperkuat posisi Rekind sebagai perusahaan EPC (Engineering, Procurement, and Construction) nasional yang kompeten dan berdaya saing tinggi.
Keberhasilannya kelak diyakini akan membuka peluang baru bagi Rekind untuk menembus pasar pembangunan pabrik petrokimia dan energi tingkat lanjut, baik di dalam maupun luar negeri.
Bagi Budi Santoso Syarif, sinergi antara Rekind dan PT Pupuk Kujang dalam proyek ini mencerminkan semangat kolaborasi, efisiensi, dan inovasi di lingkungan Pupuk Indonesia Group.
Menurutnya, pembangunan pabrik NPK berbasis nitrat bukan sekadar proyek industri, melainkan bagian dari komitmen besar dalam memperkuat ketahanan pangan nasional serta mendorong transformasi menuju kemandirian teknologi.
“Melalui sinergi dan semangat kebersamaan antaranggota Pupuk Indonesia Group, proyek ini akan menjadi tonggak penting dalam perjalanan industri pupuk Indonesia, menguatkan fondasi ekonomi nasional dan memberi harapan baru bagi sektor pertanian masa depan,” ujarnya optimistis.
Kolaborasi Rekind dan Pupuk Kujang sejatinya bukan yang pertama. Jejak sinergi keduanya telah dimulai sejak 2003, ketika Rekind membangun Pabrik Kujang 1B yang mampu menghasilkan 1.000 ton amonia dan 1.725 ton urea per hari.
Kerja sama itu berlanjut melalui pembangunan Pabrik CO₂ Cair, yang rampung di tahun 2020. Pabrik ini mampu memanfaatkan gas ekses dari pabrik Kujang 1A dan 1B menjadi produk bernilai tambah tinggi untuk berbagai industri.
Rekind juga meninggalkan jejak kuat dalam berbagai proyek strategis di bidang petrokimia lainnya, seperti Pabrik Pupuk Pusri 2B di Palembang (2013–2015), di mana perusahaan ini berkolaborasi dengan Toyo Engineering Corporation (TEC) dan menggunakan teknologi KBR untuk menghasilkan 2.000 ton amonia per hari.
Melalui Proyek Banggai Ammonia Plant (BAP) yang rampung pada 2019, Rekind membangun fasilitas produksi amonia berkapasitas 2.000 metrik ton per hari, kembali dengan teknologi KBR.
Di kancah internasional, kiprah Rekind pun tak kalah gemilang. Pada 2016, Rekind dipercaya berpartisipasi dalam proyek bergengsi Sabah Ammonia Urea (SAMUR) milik Petronas Chemical Fertilizer Sabah Sdn Bhd (PCFSB) di Malaysia.
Jauh sebelumnya, pada Februari 2003, Rekind juga berhasil merancang bangun Pabrik Pupuk NPK berkapasitas 310 MTPY, di Gurun Kedah, Malaysia.
Pabrik tersebut dimiliki oleh Malaysian NPK Fertilizer SDN BHD. Ini adalah pembuktian bahwa kemampuan insinyur Merah Putih mampu menembus panggung global.
Semoga, lewat pembangunan Pabrik NPK berbasis nitrat perdana di Indonesia, Rekind mampu meneguhkan langkahnya sebagai pelopor transformasi industri pupuk nasional, dan bersiap menghadirkan karya yang bukan hanya membangun pabrik, tetapi juga menumbuhkan kebanggaan serta kemandirian bangsa.***