JAKARTA – Era digital terus mengubah lanskap industri pers. Media digital kini dihadapkan pada tantangan kompleks, mulai dari kehadiran kecerdasan buatan (AI) hingga kebutuhan menciptakan model bisnis yang berkelanjutan.
Dalam diskusi bertajuk “Ngobrol Bareng Media Siber Indonesia (MSI)” di Jakarta, Kamis (24/4/2025), sejumlah pakar dan pelaku industri media berbagi pandangan tentang dinamika ini.
AI: Peluang atau Ancaman?
Kecerdasan buatan menjadi sorotan utama dalam transformasi media digital. Teknologi ini mampu menghasilkan konten secara otomatis, seperti artikel berita hingga analisis data, yang dapat mempercepat produksi informasi. Namun, di balik potensinya, AI juga memicu kekhawatiran.
“AI bisa menjadi alat bantu, tapi kalau tidak diatur, bisa merusak kredibilitas jurnalisme,” ujar Ketua Umum MSI, Wenseslaus Manggut, dalam diskusi tersebut.
Menurut Wenseslaus, tantangan terbesar adalah memastikan AI digunakan secara etis. Konten yang dihasilkan mesin harus tetap melewati proses verifikasi dan penyuntingan ketat agar tidak menyesatkan pembaca.
Ia menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai jurnalistik, seperti akurasi dan independensi, di tengah gempuran teknologi.
Model Bisnis Baru untuk Bertahan
Selain AI, media digital juga menghadapi tekanan ekonomi. Banyak platform media bergantung pada iklan digital, tetapi pendapatan dari sektor ini sering kali tidak cukup untuk menutup biaya operasional. Hal ini mendorong media untuk mencari model bisnis alternatif.
Pemimpin redaksi salah satu media daring ternama, Maria Celeste, mengungkapkan bahwa diversifikasi pendapatan menjadi kunci.
“Kami mulai mengeksplorasi langganan berbayar, event offline, hingga konten eksklusif untuk audiens setia,” katanya.
Pendekatan ini tidak hanya menstabilkan keuangan, tetapi juga membangun hubungan lebih erat dengan pembaca.
Menjaga Kepercayaan Publik
Di tengah banjir informasi, kepercayaan publik terhadap media menjadi taruhan besar. Menurut survei yang dilakukan MSI, 65% masyarakat Indonesia masih mempercayai media daring sebagai sumber informasi, tetapi angka ini terus menurun akibat maraknya hoaks dan konten clickbait. Untuk mengatasinya, media digital didorong untuk lebih transparan dalam proses peliputan dan memperkuat standar etika jurnalistik.
Langkah ke Depan
Para pelaku industri sepakat bahwa kolaborasi menjadi solusi menghadapi tantangan ini. Dengan berbagi sumber daya, seperti teknologi dan pelatihan jurnalis, media digital dapat lebih tangguh.
“Kita harus bergerak bersama, bukan saling menjatuhkan,” tegas Wenseslaus.
Diskusi ini menjadi pengingat bahwa di tengah disrupsi teknologi dan tekanan ekonomi, media digital harus terus berinovasi tanpa mengorbankan integritas. Dengan pendekatan yang tepat, industri pers Indonesia dapat tetap relevan dan dipercaya di era digital.