JAKARTA – Taylor Swift kembali membuktikan dominasinya, kali ini di layar lebar. Setelah mengguncang stadion-stadion dunia dengan tur konsernya yang selalu ludes, bintang pop ini kini menaklukkan box office dengan proyek terbarunya, The Official Release Party of a Showgirl. Film berdurasi 89 menit yang disebut sebagai “pengalaman sinematik” ini meraup USD33 juta di Amerika Utara dan USD13 juta dari pasar internasional pada akhir pekan pembukaannya, mencatatkan total global USD46 juta. Angka ini luar biasa mengingat film ini diumumkan hanya dua minggu sebelum rilis dan hanya dipromosikan melalui media sosial Swift.
Berbeda dari film konser rekaman seperti The Eras Tour yang mencetak rekor dengan USD93,2 juta pada debutnya di 2023, Showgirl adalah pesta dengar album yang menampilkan video musik baru dan cuplikan di balik layar pembuatan album ke-12 Swift, The Life of a Showgirl. Distribusi oleh AMC Theatres ini sukses besar, terutama dengan harga tiket USD12—di atas rata-rata nasional namun lebih murah dibandingkan kota-kota besar seperti New York atau Los Angeles. Respon penonton pun luar biasa, dengan nilai “A+” pada jajak pendapat CinemaScore. Sayangnya, film ini hanya tayang selama akhir pekan 3-5 Oktober, membuat kejayaan box office Swift kali ini terasa singkat.
“Tak ada artis musik lain di planet ini yang bisa melakukan ini,” ujar David A. Gross dilansir dari Variety, Senin (6/10/2025), analis dari Franchise Entertainment Research, memuji kejeniusan Swift. CEO AMC Theatres, Adam Aron, juga tak kalah antusias, menyebut visi Swift menghadirkan elemen sinematik untuk peluncuran albumnya sebagai “kemenangan gemilang.”
Kegagalan Dwayne Johnson dan Drama A24
Di sisi lain, akhir pekan ini menjadi mimpi buruk bagi Dwayne “The Rock” Johnson. Film drama olahraga berperingkat R, The Smashing Machine, hanya meraup USD6 juta dari 3.345 lokasi, jauh di bawah proyeksi USD8-15 juta. Ini menjadi debut terburuk dalam karier Johnson, bahkan lebih rendah dari Faster (2010) yang meraup USD8,5 juta. Dengan biaya produksi USD50 juta dan tambahan jutaan dolar untuk promosi, termasuk penampilan di Festival Film Venesia dan Toronto, kegagalan ini adalah pukulan telak bagi rumah produksi A24.
The Smashing Machine, disutradarai oleh Benny Safdie, menampilkan Johnson sebagai pegulat dan juara UFC Mark Kerr yang berjuang bangkit dari kecanduan. Meski mendapat standing ovation di Venesia dan ulasan kritis yang cukup positif (73% di Rotten Tomatoes), penonton hanya memberi nilai “B-” di CinemaScore. “Johnson dan Emily Blunt adalah bintang besar, tapi film ini gagal memikat,” kata Gross, menambahkan bahwa daya tarik gulat Amerika yang bersifat lokal membatasi potensi film ini di pasar global.
Persaingan Sengit dan Kegagalan Lain
Di posisi kedua, One Battle After Another karya Paul Thomas Anderson yang dibintangi Leonardo DiCaprio meraup USD10,3 juta, turun 53% dari debutnya. Dengan total USD41 juta di Amerika Utara dan USD101,7 juta secara global, film ini menjadi karya terlaris Anderson, melampaui There Will Be Blood (2007). Namun, dengan biaya produksi di atas USD130 juta, film ini masih jauh dari titik impas.
Sementara itu, kembalinya Daniel Day-Lewis dalam Anemone gagal memikat penonton. Drama produksi Focus Features ini hanya meraup USD700.000 dari 856 layar, dengan ulasan negatif (57% di Rotten Tomatoes). Di sisi lain, Disney sukses memanaskan kembali antusiasme untuk Avatar: Fire and Ash dengan merilis ulang Avatar: The Way of Water, yang meraup USD10 juta secara global pada akhir pekan ini.
Akhir pekan ini membuktikan bahwa di tengah persaingan sengit, Taylor Swift tetap tak tertandingi, sementara bintang-bintang besar seperti Dwayne Johnson dan Daniel Day-Lewis harus menghadapi kenyataan pahit di box office.