WASHINGTON, AS– Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam India dengan tarif impor tambahan jika terus membeli minyak dari Rusia. Ancaman ini disampaikan Trump dalam wawancara dengan Fox News pada Senin (4/8), di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global terkait perdagangan energi.
Trump menyoroti kebijakan India yang tetap menjalin hubungan dagang dengan Rusia, meskipun ada sanksi internasional terhadap Moskow.
“India membeli minyak dalam jumlah besar dari Rusia, dan saya pikir itu tidak bisa diterima,” ujar Trump.
Ia menegaskan, jika kembali menjabat sebagai presiden, ia akan memberlakukan tarif tambahan pada produk-produk impor dari India sebagai respons atas kebijakan tersebut.
Pernyataan ini muncul di saat India, sebagai salah satu konsumen minyak terbesar di dunia, terus mempertahankan impor minyak dari Rusia untuk menjaga stabilitas harga energi domestik.
Data dari Kementerian Perdagangan India menunjukkan bahwa Rusia telah menjadi pemasok minyak utama India sejak 2022, menyumbang lebih dari 30% kebutuhan energi negara itu. Langkah ini dilakukan India untuk mengatasi lonjakan harga minyak global akibat konflik Ukraina-Rusia.
Namun, ancaman Trump menuai perhatian karena dapat memperburuk hubungan dagang antara AS dan India, dua mitra strategis di kawasan Indo-Pasifik.
Analis ekonomi memperingatkan bahwa tarif tambahan berpotensi mengganggu rantai pasok global dan meningkatkan harga barang di pasar AS, terutama produk tekstil dan farmasi dari India.
“India perlu mengevaluasi posisinya dalam perdagangan global. Ancaman Trump bukan sekadar gertakan, mengingat sejarah kebijakan proteksionisnya,” kata Dr. Anil Sharma, pakar hubungan internasional dari Universitas Delhi.
Pemerintah India belum memberikan tanggapan resmi terkait pernyataan Trump. Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Arindam Bagchi, sebelumnya pernah menegaskan bahwa keputusan impor minyak didasarkan pada kepentingan nasional dan stabilitas ekonomi.
Isu ini diprediksi akan menjadi sorotan dalam diskusi diplomatik mendatang, terutama menjelang pemilu AS 2024, di mana Trump menjadi salah satu kandidat kuat.
Sementara itu, pasar global terus memantau dampak ancaman ini terhadap harga komoditas dan hubungan bilateral AS-India.