JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali mengguncang tatanan perdagangan global dengan rencana pengiriman surat resmi kepada sekitar 200 negara mitra dagang.
Surat ini, yang akan dilayangkan sebelum 9 Juli 2025, berisi syarat-syarat baru untuk melakukan perdagangan dengan Amerika Serikat, termasuk potensi pengenaan tarif impor yang lebih tinggi bagi negara-negara yang dianggap merugikan kepentingan ekonomi AS.
Trump menyampaikan langkah ini dalam wawancara eksklusif bersama Fox News yang tayang pada Minggu (29/6/2025).
“Apa yang ingin saya lakukan, dan apa yang akan saya lakukan sebelum tanggal sembilan (Juli), adalah mengirim surat ke semua negara tersebut,” ujarnya seperti dikutip dari Anadolu.
Kebijakan tarif baru Trump ini muncul menjelang berakhirnya masa penangguhan tarif ad valorem yang sebelumnya diberlakukan sejak April.
Surat-surat itu, menurut Trump, akan menjadi pemberitahuan tegas mengenai standar baru perdagangan dengan AS.
“Kami akan kirim surat dan mengatakan, ‘Kami pernah menganggap ini suatu kehormatan besar, dan inilah yang harus Anda lakukan jika ingin berbelanja di Amerika Serikat. Kami doakan Anda beruntung,’ dan itulah akhirnya,” lanjut Trump dalam wawancara tersebut.
Evaluasi Ketat Negara Mitra
Dalam surat tersebut, pemerintah AS disebut akan menetapkan persyaratan perdagangan individual berdasarkan hasil evaluasi defisit neraca dagang dan sikap ekonomi masing-masing negara terhadap Amerika.
Jika sebuah negara dinilai telah memperlakukan AS secara tidak adil atau memicu defisit yang besar, maka Washington siap memberlakukan tarif balasan yang tinggi.
Kebijakan ini memperkuat sinyal bahwa era perdagangan bebas yang selama ini menjadi arus utama global tengah mengalami kemunduran, seiring AS menerapkan pendekatan lebih proteksionis dan transaksional.
Kanada Resmi Dicoret dari Meja Perundingan
Dalam langkah mengejutkan lainnya, Trump mengumumkan penghentian total pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan Kanada, sekutu dagang utama di kawasan Amerika Utara.
Putusnya dialog ini dipicu oleh keputusan Kanada menerapkan pajak layanan digital terhadap sejumlah perusahaan teknologi besar asal AS, yang dianggap Trump sebagai tindakan merugikan secara ekonomi dan politis.
Trump menilai bahwa tarif digital tersebut merupakan bentuk kebijakan tidak bersahabat, dan sebagai balasannya, AS tak akan melanjutkan perundingan apapun dengan Ottawa dalam waktu dekat.
Ketegangan ini menambah panjang daftar konflik dagang AS dengan berbagai negara, dari Tiongkok hingga Eropa, yang kini diperluas ke kawasan Amerika Utara sendiri.
Dunia Menanti Gejolak Tarif 9 Juli
Surat dagang massal dari Trump ini menjadi sinyal kuat bahwa 9 Juli 2025 akan menjadi titik krusial dalam lanskap perdagangan dunia.
Ketegangan dagang diprediksi meningkat tajam, terutama jika banyak negara merasa keberatan dengan syarat-syarat baru dari Washington.
Sementara komunitas internasional menanti kejelasan isi surat dan tarif yang diajukan, banyak pelaku pasar khawatir bahwa langkah unilateral ini bisa memicu balas dendam dagang, memperburuk hubungan bilateral, serta menimbulkan ketidakpastian ekonomi global yang berkepanjangan.***




