JAKARTA – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara resmi mengumumkan rencana perdamaian komprehensif berisi 20 poin untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung di Jalur Gaza. Pengumuman dilakukan dalam konferensi pers di Gedung Putih bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Senin (29/9/2025). Proposal ini dipaparkan sebagai upaya serius untuk menghentikan konflik berkepanjangan antara Israel dan kelompok Hamas, sekaligus merekonstruksi masa depan Gaza secara damai dan berkelanjutan.
20 Poin Rencana Trump untuk Gaza
Berikut adalah detail lengkap dari 20 poin utama yang dirilis Gedung Putih:
- Gaza akan menjadi zona bebas teror dan terderadikalisasi yang tidak menimbulkan ancaman bagi negara-negara tetangganya.
- Gaza akan dibangun kembali untuk kepentingan rakyat Gaza, yang telah cukup lama menderita.
- Jika kedua pihak menyetujui proposal ini, perang akan segera berakhir. Pasukan Israel akan mundur ke garis yang disepakati untuk mempersiapkan pembebasan sandera. Pada masa itu, seluruh operasi militer, termasuk serangan udara dan artileri, akan dihentikan, dan garis pertempuran tetap dibekukan hingga terpenuhi syarat penarikan penuh secara bertahap.
- Dalam waktu 72 jam setelah Israel secara terbuka menerima perjanjian ini, semua sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, akan dikembalikan.
- Setelah semua sandera dibebaskan, Israel akan membebaskan 250 tahanan dengan hukuman seumur hidup ditambah 1.700 warga Gaza yang ditahan setelah 7 Oktober 2023, termasuk semua perempuan dan anak-anak yang ditahan dalam konteks itu. Untuk setiap sandera Israel yang jasadnya dikembalikan, Israel akan melepaskan 15 jasad warga Gaza yang meninggal.
- Setelah semua sandera dikembalikan, anggota Hamas yang berkomitmen pada hidup berdampingan secara damai dan menyerahkan senjata mereka akan diberi amnesti. Anggota Hamas yang ingin meninggalkan Gaza akan diberi jalur aman menuju negara penerima.
- Setelah perjanjian ini diterima, bantuan penuh akan segera dikirim ke Jalur Gaza. Jumlah bantuan minimal akan sesuai dengan kesepakatan 19 Januari 2025 terkait bantuan kemanusiaan, termasuk rehabilitasi infrastruktur (air, listrik, sanitasi), pemulihan rumah sakit dan toko roti, serta masuknya peralatan penting untuk membersihkan reruntuhan dan membuka jalan.
- Distribusi dan masuknya bantuan di Jalur Gaza akan berjalan tanpa gangguan dari kedua belah pihak melalui PBB dan lembaga-lembaganya, serta Bulan Sabit Merah, ditambah lembaga internasional lain yang tidak terkait dengan salah satu pihak. Pembukaan perlintasan Rafah dua arah akan tunduk pada mekanisme yang sama seperti yang diterapkan dalam kesepakatan 19 Januari 2025.
- Gaza akan dikelola di bawah pemerintahan transisi sementara oleh komite teknokrat Palestina non-politis, yang bertanggung jawab atas layanan publik sehari-hari dan pemerintahan kota untuk rakyat Gaza. Komite ini terdiri dari warga Palestina yang berkualifikasi dan pakar internasional, dengan pengawasan badan transisi internasional baru, “Dewan Perdamaian,” yang akan dipimpin oleh Presiden Donald J. Trump, bersama anggota dan kepala negara lain yang akan diumumkan, termasuk Mantan Perdana Menteri Tony Blair. Badan ini akan menetapkan kerangka kerja dan pendanaan untuk pembangunan kembali Gaza hingga Otoritas Palestina menyelesaikan program reformasinya (seperti yang diuraikan dalam berbagai proposal, termasuk rencana damai Trump tahun 2020 dan proposal Saudi-Perancis) dan dapat kembali mengendalikan Gaza secara aman dan efektif. Badan ini akan mengacu pada standar internasional terbaik untuk menciptakan tata kelola modern dan efisien yang melayani rakyat Gaza dan menarik investasi.
- Rencana pembangunan ekonomi Trump untuk membangun kembali dan menghidupkan Gaza akan dibuat dengan membentuk panel ahli yang sebelumnya berperan dalam lahirnya kota-kota modern yang berkembang pesat di Timur Tengah. Banyak proposal investasi dan ide pembangunan dari kelompok internasional akan dipertimbangkan untuk menyatukan kerangka keamanan dan tata kelola demi menarik investasi yang menciptakan lapangan kerja, peluang, dan harapan bagi masa depan Gaza.
- Sebuah kawasan ekonomi khusus akan dibentuk dengan tarif dan akses istimewa yang akan dinegosiasikan dengan negara-negara peserta.
- Tidak seorang pun akan dipaksa meninggalkan Gaza, dan mereka yang ingin pergi bebas melakukannya serta bebas kembali. Namun, rakyat akan didorong untuk tetap tinggal dan diberi kesempatan membangun Gaza yang lebih baik.
- Hamas dan faksi lainnya sepakat untuk tidak memiliki peran apa pun dalam pemerintahan Gaza, baik langsung, tidak langsung, maupun dalam bentuk apa pun. Semua infrastruktur militer, teror, dan ofensif, termasuk terowongan dan fasilitas produksi senjata, akan dihancurkan dan tidak dibangun kembali. Akan ada proses demiliterisasi Gaza di bawah pengawasan pemantau independen, termasuk menonaktifkan senjata secara permanen melalui mekanisme yang disepakati, dengan dukungan program pembelian kembali dan reintegrasi yang dibiayai internasional, serta diverifikasi oleh pemantau independen. Gaza Baru akan sepenuhnya berkomitmen membangun ekonomi yang makmur dan hidup berdampingan secara damai dengan tetangganya.
- Jaminan akan diberikan oleh mitra regional untuk memastikan Hamas dan faksi-faksi mematuhi kewajibannya serta Gaza Baru tidak menjadi ancaman bagi tetangganya maupun rakyatnya sendiri.
- Amerika Serikat akan bekerja sama dengan mitra Arab dan internasional untuk membentuk Pasukan Stabilisasi Internasional (ISF) sementara yang segera ditempatkan di Gaza. ISF akan melatih dan mendukung pasukan polisi Palestina terpilih di Gaza, serta berkonsultasi dengan Yordania dan Mesir yang berpengalaman dalam bidang ini. Pasukan ini akan menjadi solusi keamanan internal jangka panjang. ISF juga akan bekerja sama dengan Israel dan Mesir untuk mengamankan perbatasan, bersama polisi Palestina yang baru dilatih. Penting untuk mencegah masuknya senjata ke Gaza dan memfasilitasi aliran barang secara cepat dan aman guna membangun kembali Gaza. Mekanisme pencegahan konflik akan disepakati oleh pihak-pihak terkait.
- Israel tidak akan menduduki atau mencaplok Gaza. Seiring ISF membangun kendali dan stabilitas, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan mundur berdasarkan standar, tonggak, dan jadwal yang dikaitkan dengan proses demiliterisasi, yang akan disepakati antara IDF, ISF, para penjamin, dan Amerika Serikat. Tujuannya adalah Gaza yang aman dan tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel, Mesir, atau warganya. Secara praktis, IDF akan secara bertahap menyerahkan wilayah Gaza yang mereka duduki kepada ISF sesuai perjanjian dengan otoritas transisi hingga penarikan penuh, kecuali kehadiran perimeter keamanan yang akan tetap ada sampai Gaza benar-benar aman dari ancaman teror yang bangkit kembali.
- Jika Hamas menunda atau menolak proposal ini, poin-poin di atas, termasuk operasi bantuan yang diperbesar, akan tetap dijalankan di wilayah bebas teror yang telah diserahkan dari IDF kepada ISF.
- Proses dialog lintas agama akan dibentuk berdasarkan nilai toleransi dan hidup berdampingan damai untuk mencoba mengubah pola pikir serta narasi warga Palestina dan Israel dengan menekankan manfaat perdamaian.
- Sementara pembangunan kembali Gaza berlangsung dan program reformasi Otoritas Palestina dijalankan dengan baik, kondisi pada akhirnya bisa memungkinkan adanya jalan yang kredibel menuju penentuan nasib sendiri dan kenegaraan Palestina, yang diakui sebagai aspirasi rakyat Palestina.
- Amerika Serikat akan membangun dialog antara Israel dan Palestina untuk menyepakati arah politik demi hidup berdampingan secara damai dan makmur.
Respons dan Proyeksi
Dalam kesempatan tersebut, Trump mengklaim bahwa hampir semua pihak—termasuk mitra Arab dan negara-negara Barat—mendukung proposal ini, kecuali Hamas yang belum memberikan jawaban resmi. Netanyahu menyatakan dukungan penuh, sementara pihak Hamas menyebut belum menerima dokumen rencana secara langsung dan hanya mendapat penjelasan dari mediator kawasan seperti Qatar serta Mesir. Trump menegaskan, jika Hamas menolak proposal, AS akan memberi dukungan penuh bagi Israel untuk “menyelesaikan pekerjaan” melawan Hamas.
Respons dari publik Gaza sendiri cenderung sinis dan menolak proposal tersebut, menyebutnya tidak menyentuh akar permasalahan dan tidak memberikan solusi nyata bagi penderitaan rakyat Gaza. Banyak warga menganggap rencana ini hanya menguntungkan pihak luar dan Israel tanpa memulihkan hak-hak dasar Palestina
Rencana Trump disebut-sebut sebagai momen bersejarah untuk perdamaian Timur Tengah dan membuka peluang rekonstruksi sosial-ekonomi Gaza serta proses transisi kekuasaan yang diawasi oleh komunitas internasional. Jika berhasil diimplementasikan, proposal ini akan mengakhiri dilema kemanusiaan dan memberi harapan bagi masa depan rakyat Palestina.
