JAKARTA – Amerika Serikat mengerahkan kapal induk nuklir USS Abraham Lincoln ke Timur Tengah sebagai respons terhadap meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran yang dikhawatirkan dapat memicu konflik berskala besar di kawasan tersebut.
Langkah ini menandai peningkatan signifikan dalam kehadiran militer AS di wilayah yang terus bergejolak.
Departemen Pertahanan AS mengonfirmasi bahwa kapal induk USS Abraham Lincoln telah diperintahkan menuju wilayah Timur Tengah.
“Kami mengambil langkah ini untuk menjaga stabilitas dan mencegah eskalasi lebih lanjut,” ujar juru bicara Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder, dalam pernyataan resmi yang dikutip dari Reuters, Selasa 17 Juni 2025.
Ketegangan Israel-Iran Semakin Genting
Konflik Israel-Iran dipicu oleh serangkaian serangan udara yang diduga dilakukan oleh Israel terhadap fasilitas militer di Iran.
Pemerintah Iran menuduh Israel memprovokasi perang terbuka, sementara pihak Israel menyatakan tindakan tersebut sebagai bagian dari upaya melindungi keamanan nasional.
Situasi semakin panas setelah Iran memperkuat aktivitas militer di perbatasan dan mengonsolidasikan dukungan terhadap kelompok sekutunya di kawasan, termasuk Hizbullah di Lebanon.
“Kami tidak akan tinggal diam menghadapi agresi Israel,” kata seorang pejabat senior Iran, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Respons AS dan Implikasi Global
Keberangkatan USS Abraham Lincoln dinilai sebagai sinyal kuat dari Washington terkait kesiapannya menghadapi potensi konflik. Kapal induk ini membawa puluhan jet tempur dan ribuan personel militer, serta menjadi simbol dominasi kekuatan AS di kawasan.
Analis pertahanan Dr Michael Connors menilai langkah ini sebagai bentuk tekanan strategis.
“Keberadaan kapal induk ini bukan hanya soal kekuatan militer, tapi juga sinyal diplomatik bahwa AS tidak akan membiarkan situasi di Timur Tengah berlarut-larut tanpa pengawasan,” ujarnya.
Namun, keputusan AS tersebut juga memicu kekhawatiran dari negara-negara di kawasan. Qatar dan Turki menyerukan semua pihak agar menahan diri guna menghindari konflik terbuka yang dapat mengguncang stabilitas global, termasuk perdagangan minyak internasional.
Dampak Terhadap Kawasan dan Ekonomi Global
Eskalasi konflik berisiko mengguncang perekonomian global, mengingat Timur Tengah merupakan salah satu pusat utama produksi dan distribusi minyak dunia. Menurut Bloomberg, harga minyak mentah jenis Brent Crude naik 2 persen pada awal pekan ini, menyusul kabar pengerahan militer.
Selain faktor ekonomi, krisis kemanusiaan juga menjadi sorotan. Wilayah seperti Lebanon dan Suriah yang telah lama terdampak konflik kini terancam mengalami peningkatan jumlah pengungsi jika situasi semakin memburuk.