JAKARTA – Startup asal China yang baru satu tahun beroperasi, DeepSeek, berhasil menarik perhatian dunia teknologi dengan peluncuran model kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang disebut R1.
Model ini disebut-sebut sebagai pesaing langsung ChatGPT buatan OpenAI, namun dengan biaya operasional yang jauh lebih murah.
DeepSeek hanya membutuhkan biaya USD 5,6 juta untuk pengembangan daya komputasi model dasarnya, jauh lebih rendah dibandingkan investasi ratusan juta hingga miliaran dolar yang dilakukan oleh raksasa teknologi seperti OpenAI, Google, atau Meta.
Deepseek Mengguncang Pasar Teknologi AS
Peluncuran model AI ini memberikan kejutan besar di pasar global, khususnya sektor teknologi AS, yang selama ini dianggap mendominasi industri.
Dampaknya terasa langsung pada pasar saham Senin (27/1), dengan penurunan signifikan di berbagai indeks teknologi.
Nasdaq, indeks yang didominasi saham teknologi, merosot 3,1%, sementara S&P 500 turun 1,5%.
Sementara itu, Nvidia (NVDA), pemasok chip AI terbesar, bahkan mmengalami penurunan nilai pasar sebesar USD 588,8 miliar atau sekitar Rp9.542 triliun dalam satu hari, rekor tertinggi dalam sejarah.
Penurunan ini lebih tinggi dari dua kali lipat kerugian yang pernah dialami Meta sebesar USD 240 miliar tiga tahun lalu.
Perusahaan teknologi lain seperti Meta, Alphabet, Marvell, Broadcom, hingga TSMC juga mencatat penurunan tajam.
Analis dari Truist, Keith Lerner, menyebut kejadian ini memicu pertanyaan mengenai efektivitas pengeluaran besar-besaran perusahaan teknologi AS dalam pengembangan AI.
“Keunggulan teknologi AS kini mulai dipertanyakan, terutama setelah peluncuran DeepSeek yang menunjukkan model dengan biaya lebih rendah,” kata Lerner.
Anak Baru yang Mengubah Peta AI Dunia
Marc Andreessen, pendukung Presiden Donald Trumo sekaligus seorang investor teknologi ternama bahkan terang-terangan menyebut DeepSeek sebagai “salah satu terobosan paling menakjubkan dan mengesankan yang pernah saya lihat,” melalui unggahan pribadinya di media sosial X.
Keberhasilan DeepSeek berhasil mengguncang sekaligus membuat terkesima publik global karena justru di tengah sanksi perdagangan dari Amerika Serikat untuk Tiongkok.
Sanksi tersebut melarang perusahaan teknologi AS berbisnis dengan China, termasuk pengiriman chip AI. Dalam situasi itu, DeepSeek justru unjuk gigi dengan membuktikan bahwa pihaknya bisa mengembangkan model berbiaya rendah menggunakan chip AI dengan daya rendah.
“Perusahaan teknologi China, termasuk pendatang baru seperti DeepSeek, diperdagangkan dengan diskon signifikan karena kekhawatiran geopolitik dan melemahnya permintaan global,” ujar Charu Chanana, Kepala Strategi Investasi di Saxo.
“Namun, keberhasilan DeepSeek dapat memicu minat baru dari investor global.”
Disruptor di Industri Teknologi
Berbeda dengan ChatGPT yang sepenuhnya dikendalikan oleh OpenAI, DeepSeek hadir sebagai model kecerdasan buatan (AI) yang bersifat open source. Artinya, siapa saja dapat berkontribusi dalam pengembangan large language model (LLM) milik DeepSeek, yaitu DeepThink (R1).
Pendekatan terbuka ini memungkinkan DeepSeek berkembang dengan cepat. Algoritma AI ini terus disempurnakan oleh berbagai perusahaan dengan beragam latar belakang pengalaman. Hasilnya, model ini menjadi lebih efisien, dengan performa dan kecepatan yang meningkat.
Kontribusi kolektif tersebut membawa dampak signifikan, seperti pengelolaan data yang lebih baik, teknik pelatihan yang lebih efektif, hingga inovasi dalam pemrosesan bahasa alami (natural language processing).
Selain itu, biaya yang diperlukan untuk melatih AI ini juga jauh lebih rendah dibandingkan kompetitornya. Tim DeepSeek mengklaim hanya membutuhkan 6 juta dolar AS untuk melatih model mereka, jauh lebih murah dibandingkan biaya pelatihan ChatGPT yang mencapai 63 juta dolar AS.
Strategi pengembangan DeepSeek juga terbilang cerdas dan hemat biaya. Startup ini hanya mengandalkan ribuan chip Nvidia H800 lama untuk melatih model mereka.
Dengan fokus pada optimalisasi perangkat lunak dan memanfaatkan kemampuan chip lama yang sudah teruji, DeepSeek membuktikan bahwa pengembangan AI tidak harus bergantung pada hardware terbaru yang mahal.
Pendekatan ini tidak hanya mengurangi biaya, tetapi juga menempatkan DeepSeek sebagai disruptor di industri AI.
DeepSeek memaksa banyak perusahaan untuk memikirkan ulang strategi investasi mereka pada hardware, sekaligus menunjukkan bahwa inovasi tetap bisa dicapai dengan cara yang lebih efisien dan terjangkau.