LUMAJANG – Puncak Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tengah diterjang badai selama empat hari terakhir, menyebabkan dampak signifikan pada tiga kecamatan di lerengnya. Hujan abu vulkanik dengan intensitas sedang hingga tinggi telah memengaruhi Kecamatan Pronojiwo, Candipuro, dan Pasrujambe.
Koordinator Pos Pantau Curah Kobokan, Sugiyono, menjelaskan bahwa fenomena ini disebabkan oleh angin kencang yang menerpa kawasan puncak. Angin tersebut mengakibatkan material vulkanik hasil letusan Gunung Semeru yang masih mengendap di puncak berguguran dan terempas ke udara, sehingga menciptakan hujan abu. “Material vulkanik dari letusan yang terjadi setiap hari yang masih di atas itu diterpa angin dan menyebabkan hujan abu,” ungkapnya, seprti dilansri dari Kompas, Kamis (6/2).
Selain berdampak pada tiga kecamatan, angin kencang juga mengganggu observasi kolom asap erupsi Gunung Semeru. “Angin kencangnya juga membuat kolom asap letusan sulit diamati,” tambah Sugiyono.
Akibat hujan abu yang melanda, warga di sekitar lereng Gunung Semeru harus mengenakan masker dan kacamata pelindung guna menghindari paparan debu vulkanik. Kepala Desa Supiturang, Nurul Yaqin, mengungkapkan bahwa cuaca buruk di puncak Semeru telah terjadi sejak Minggu (2/2). Menurutnya, badai ini bukan disebabkan oleh erupsi, melainkan longsoran yang terjadi di tebing-tebing Gunung Semeru.
“Ini angin kencang yang terjadi di tebing-tebing Gunung Semeru membuat abu beterbangan sampai ke desa sini. Ini bukan karena erupsi, tapi longsor-longsor yang terjadi di tebing-tebing,” ujar Yaqin.
Yaqin juga mengimbau agar warga selalu menggunakan masker dan kacamata pelindung saat beraktivitas di luar rumah untuk menghindari masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh debu vulkanik. “Dampaknya abu banyak beterbangan, masyarakat kami imbau pakai masker buat perlindungan pernapasan, dan kacamata agar tidak kelilipan karena debu,” tuturnya.