JAKARTA – Bencana hidrometeorologi basah berupa banjir kembali menjadi momok utama di sejumlah daerah di Indonesia. Hingga Kamis (17/4), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat banjir masih mendominasi kejadian bencana di tanah air.
Curah hujan tinggi pada Selasa (15/4) menyebabkan banjir di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara. Sebanyak 590 rumah warga terdampak dengan ketinggian air awal mencapai 1 meter. Hingga kini, air masih menggenangi permukiman setinggi 15 sentimeter. BPBD Tapanuli Tengah mengerahkan perahu karet untuk evakuasi dan mengimbau warga untuk mengamankan barang berharga serta mewaspadai keselamatan anak-anak.
Di Kalimantan Tengah, situasi tidak kalah memprihatinkan. Banjir di Kabupaten Barito Selatan yang telah berlangsung sejak 7 Maret masih belum surut. Lima kecamatan terdampak dengan total 4.482 rumah, puluhan fasilitas umum hingga ratusan jembatan dan lahan pertanian terendam. Ketinggian air dilaporkan berkisar antara 30 hingga 150 sentimeter.
Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Kapuas yang dilanda banjir sejak 4 Maret. Enam kecamatan terdampak, dan air belum menunjukkan tanda-tanda surut. BPBD Kapuas melaporkan 5.558 rumah, puluhan fasilitas pendidikan, ibadah, serta ratusan jembatan dan akses jalan terdampak banjir. Tinggi genangan mencapai 3 meter pada Rabu (16/4).
Sementara itu, di Kabupaten Murung Raya, banjir akibat luapan beberapa sungai besar masih menggenangi lima kecamatan. Sebanyak 552 rumah serta sejumlah fasilitas publik ikut terendam. Air masih bertahan hingga setinggi satu meter di empat kecamatan per laporan Rabu (16/4).
Merujuk prakiraan cuaca periode 16–18 April 2025, puluhan provinsi di Indonesia berpotensi dilanda hujan sedang hingga lebat. Wilayah-wilayah tersebut antara lain Aceh, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku hingga Papua.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Langkah preventif seperti membersihkan saluran air, menjaga kebersihan sungai, membuat penampungan sementara, hingga menyiapkan tas siaga dan rencana darurat di tingkat keluarga hingga desa perlu diutamakan guna meminimalisir risiko bencana.