JAKARTA – Ketegangan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat mulai mendapat titik terang setelah tim negosiasi bilateral kedua negara resmi menggelar pembahasan awal terkait kebijakan tarif timbal balik yang sempat memicu kekhawatiran pelaku usaha dalam negeri.
Pertemuan pembuka dilakukan antara Menteri Luar Negeri RI Sugiono dengan Menlu AS Marco Rubio, pada Rabu (16/4/2025), di Washington.
Pertemuan tersebut menjadi langkah diplomatik pertama sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan penerapan tarif sebesar 32 persen terhadap produk Indonesia, yang kini ditunda pelaksanaannya selama 90 hari terhitung sejak 9 April 2025.
Kebijakan ini dinilai berdampak luas terhadap ekspor sejumlah komoditas unggulan Indonesia ke pasar AS.
“Hal ini akan menciptakan hubungan perdagangan yang adil dan seimbang,” ujar Juru Bicara Kemlu AS, Tammy Bruce, Kamis (17/4/2025), menanggapi pertemuan Sugiono dan Rubio.
Tammy Bruce menjelaskan bahwa Rubio menyampaikan apresiasinya atas komitmen Indonesia dalam mempercepat reformasi struktural perekonomian nasional.
Menurutnya, langkah tersebut memberi sinyal positif untuk terciptanya relasi dagang yang sehat dan saling menguntungkan antara kedua negara.
Tak hanya isu ekonomi, keduanya juga membahas kerja sama strategis yang lebih luas, termasuk penanganan deportasi warga negara Indonesia dari AS.
“Kedua pihak menggarisbawahi pentingnya meningkatkan kemitraan strategis komprehensif antara AS dan Indonesia,” tambah Bruce.
Di luar isu tarif, Menlu Sugiono dan Rubio juga membahas keamanan kawasan, khususnya dalam konteks Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Kerja sama di sektor pertahanan dan maritim menjadi perhatian, seiring meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
Kedua negara menegaskan kembali komitmen terhadap penegakan hukum internasional, termasuk kebebasan navigasi dan penerbangan yang kini tengah menjadi pokok diskusi negara-negara ASEAN dan Tiongkok dalam pertemuan pekan lalu di Manila, Filipina.
Langkah diplomatik ini dinilai sebagai sinyal positif dalam meredam potensi konflik dagang sekaligus memperkuat kerja sama keamanan kawasan, menjadikan Indonesia dan AS sebagai mitra kunci dalam menjaga stabilitas Indo-Pasifik.***