JAKARTA – Bencana hidrometeorologi kering, seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan, terus mengancam sejumlah wilayah di Indonesia pada awal September 2025.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, dalam 24 jam terakhir, karhutla dan kekeringan menjadi bencana dominan yang memerlukan penanganan cepat di berbagai daerah.
Di Sumatera Utara, karhutla melanda Kabupaten Simalungun pada Sabtu (30/8). Kebakaran terjadi di dua lokasi, yakni Nagori Sinar Naga Mariah, Kecamatan Pamatang Silimahuta pada pukul 12.55 WIB, dan Nagori Sait Buttu, Kecamatan Pematang Sidamanik pada pukul 18.12 WIB. Total 10 hektar lahan hangus terbakar, namun tim gabungan berhasil memadamkan api pada hari yang sama.
Sementara itu, di Kabupaten Padang Lawas Utara, karhutla di Desa Gunung Tua Jae, Kecamatan Padang Bolak, menghanguskan 2 hektar lahan sejak Minggu (31/8). Hingga Senin (1/9), upaya pemadaman oleh BPBD dan masyarakat setempat masih berlangsung.
Aceh juga tidak luput dari ancaman karhutla. Pada Senin (1/9) dini hari pukul 00.20 WIB, kebakaran melanda 2 hektar lahan di Gampong Peukan Tuha Pasar Lampakuk, Kecamatan Kuta Cot Gile, Kabupaten Aceh Besar. Beruntung, api berhasil dipadamkan dalam waktu satu jam, meski penyebab kebakaran masih diselidiki.
Di Sumatera Barat, cuaca panas ekstrem memicu kebakaran hutan pinus di Bukik Gunung Ameh, Nagari Padang Tarok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam pada Minggu (31/8).
Sebanyak 7 hektar lahan terbakar, dengan upaya pemadaman terkendala jauhnya sumber air dari lokasi kebakaran. Hingga Senin (1/9), tim gabungan dari BPBD, Damkar, TNI/Polri, Polhut, dan masyarakat masih berjuang memadamkan api.
Selain karhutla, kekeringan juga melanda wilayah ini. Sejak Kamis (28/8), 200 kepala keluarga di Nagari Biaro Gadang, Kecamatan Ampek Angkek, kekurangan air bersih. BPBD Kabupaten Agam pun mendistribusikan air bersih kepada warga pada Senin (1/9).
Jawa Tengah turut merasakan dampak musim kemarau. Di Kabupaten Demak, sumur-sumur warga mengering, menyebabkan krisis air bersih. Untuk mengatasinya, BPBD setempat mendistribusikan 15.000 liter air bersih dari tiga tangki kepada 95 kepala keluarga pada Senin (1/9).
Menanggapi situasi ini, BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi karhutla dan kekeringan, terutama di wilayah prioritas penanganan bencana.
“BNPB mengimbau pemerintah untuk tetap waspada dan siaga akan potensi karhutla dan kekeringan, khususnya di provinsi yang menjadi prioritas utama penanganan karhutla,” ujar perwakilan BNPB.
Selain itu, masyarakat diminta mewaspadai ancaman bencana lain seperti banjir dan angin puting beliung yang sering terjadi di tengah musim kemarau.
Dengan situasi bencana yang terus berkembang, koordinasi antara pemerintah, TNI/Polri, dan masyarakat menjadi kunci dalam mitigasi dan penanganan dampak karhutla serta kekeringan di Indonesia.




