JAKARTA – Persija Jakarta memasuki era baru di bawah asuhan Mauricio Souza dengan membawa pendekatan revolusioner dalam gaya bermain.
Pelatih asal Brasil tersebut memperkenalkan filosofi berbasis possession football agresif—bukan sekadar mempertahankan bola, melainkan mendikte tempo dan arah permainan sejak menit awal.
“Saya ingin tim menjadi tuan rumah di setiap laga,” tegas Souza melalui kanal resmi Persija, Senin (30/6/2025).
Gaya dominasi ini menjadi fondasi dari target ambisius yang dicanangkan manajemen—yaitu membawa Macan Kemayoran kembali meraih trofi Liga 1.
Gaya permainan ala Souza bertumpu pada organisasi tim yang presisi di semua lini, perpaduan antara agresivitas menyerang dan disiplin bertahan.
Dengan sistem pressing tinggi dan transisi cepat, sang pelatih menuntut permainan progresif yang efisien, bukan hanya operan tanpa arah.
“Penguasaan bola harus produktif, bukan sekadar sirkulasi,” ujar mantan pelatih Atletico Mineiro tersebut.
Filosofinya siap mengubah total identitas permainan Persija di musim baru.
Manajemen klub mulai menunjukkan dukungan penuh terhadap skema anyar ini dengan mendatangkan nama-nama strategis, termasuk penyerang eksplosif Eksel Runtukahu.
Adaptasi cepat terhadap sistem Souza menjadi prioritas utama dalam persiapan pramusim.
Pelatih berusia 45 tahun itu juga menekankan pentingnya mental juara dalam membangun tim pemenang.
“Juara bukan impian, tapi janji yang harus ditepati,” tegasnya.
Souza menolak pendekatan bertahan reaktif. Ia lebih memilih tim yang berani mengambil alih permainan dengan intensitas tinggi sejak awal pertandingan.
“Kami akan membangun dari belakang dengan pola pressing tinggi,” ujarnya, menekankan pentingnya stamina dan kecerdasan taktik para pemainnya.
Dengan 12 sesi latihan intensif yang telah dilalui, Persija fokus mengasah transisi cepat dan rotasi antarposisi agar permainan tetap cair dan adaptif sepanjang laga.
Souza percaya persiapan matang adalah fondasi untuk prestasi tinggi.
Meski tantangan berat menghadang di Liga 1, Souza tetap optimistis.
Ia membawa harapan baru bagi Jakmania bahwa musim 2025/2026 bukan sekadar kompetisi, tetapi momentum kebangkitan sang Macan Kemayoran.***




