BOGOR – Isu keterlambatan informasi soal gempa bumi M4,1 yang mengguncang Bogor, Kamis malam (10/4/2025), langsung dibantah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Melalui Direktur Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono, BMKG menegaskan bahwa sistem deteksi mereka sudah bekerja otomatis dan sangat cepat dalam menyampaikan informasi ke publik, hanya satu menit setelah gempa terjadi.
BMKG mencatat waktu kejadian gempa pada pukul 22.16.13 WIB, dan informasi resmi dirilis oleh sistem BMKG pada pukul 22.17.23 WIB.
“BMKG sudah sangat cepat. Biasanya kita sebarkan di tiga menit (setelah gempa). Ini gempa Bogor hanya semenit setelah gempa,” tegas Daryono kepada media, Jumat (11/4/2025).
Penjelasan ini diberikan menyusul sejumlah keluhan masyarakat yang tidak langsung menerima notifikasi gempa melalui aplikasi BMKG.
Namun, Daryono menjelaskan bahwa keterlambatan tersebut kemungkinan besar disebabkan faktor eksternal seperti jaringan internet atau sistem aplikasi pengguna, bukan dari sistem pusat BMKG.
Gempa Tak Bisa Diprediksi
Dalam penjelasannya, Daryono juga menekankan bahwa hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa secara akurat memprediksi kapan gempa bumi akan terjadi.
Sistem peringatan dini seperti tsunami memang sudah tersedia, namun berbeda dengan gempa bumi yang sifatnya mendadak dan tidak terdeteksi sebelumnya.
“Kalau peringatan dini tsunami ada,” katanya. Karena itu, ia mendorong masyarakat untuk melakukan langkah mitigasi mandiri saat merasakan getaran, seperti berlindung di bawah meja kokoh atau segera mencari tempat aman setelah getaran mereda.
Kesiapsiagaan personal dinilai lebih penting dibanding menunggu peringatan.
Gempa magnitudo 4,1 ini sebelumnya terjadi di daratan Bogor dengan pusat gempa berada di koordinat 6.62 LS dan 106.8 BT, kedalaman hanya 5 kilometer.
Getaran terasa di sejumlah wilayah dan menimbulkan kepanikan singkat di tengah malam.
Dipicu Aktivitas Sesar Citarik
Menurut hasil analisis terbaru BMKG, gempa yang mengguncang wilayah Bogor ini termasuk dalam kategori gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif, yakni Sesar Citarik. Jenis pergerakan sesarnya pun tergolong geser (strike-slip) dengan arah geser mengiri.
“Episenter gempa Bogor terletak pada jalur Sesar Citarik yang memiliki mekanisme geser mengiri,” ujarnya. Data dari sensor seismik DBJI (Darmaga) dan CBJI (Citeko) juga memperlihatkan gelombang S (Shear) yang kuat dengan frekuensi tinggi, menandakan karakteristik gempa tektonik.
Temuan ini memperkuat pernyataan sebelumnya bahwa wilayah Bogor memang berada di zona yang berpotensi aktif secara seismik. BMKG terus melakukan pemantauan lanjutan serta mengimbau masyarakat agar meningkatkan kesadaran mitigasi bencana.
Getaran gempa terasa jelas di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, hingga Depok dengan skala intensitas III–IV MMI, bahkan menyebabkan kerusakan ringan di beberapa bangunan permukiman warga.
“Semua gempa sangat dangkal disertai dengan suara ledakan, dentuman dan gemuruh,” cetus Daryono, Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.
Ia juga menegaskan bahwa jenis gempa ini berjenis geser (strike-slip) dengan indikasi kuat dipicu oleh Sesar Citarik yang memiliki pola pergerakan geser mengiri (sinistral).***