RIYADH, ARAB SAUDI – Pemantauan hilal untuk menentukan awal 1 Syawal 1446 H pada Sabtu, 29 Maret 2025, diprediksi tidak membuahkan hasil di negara-negara Arab dan mayoritas wilayah Muslim. Posisi bulan yang terlalu dekat dengan matahari serta gerhana matahari sebagian yang terjadi pada hari yang sama menjadi faktor utama.
Pusat Astronomi Internasional di Abu Dhabi, UEA, menyatakan bahwa hilal tidak mungkin terdeteksi, bahkan dengan teknologi mutakhir seperti kamera CCD.
“Alat ini mampu melihat bulan bahkan di siang hari,” ungkap pusat tersebut.
Namun, pada Sabtu petang, jarak bulan dari matahari hanya berkisar antara 1,5 hingga 3 derajat di wilayah Arab, sehingga mustahil diamati, baik dengan teleskop maupun kamera canggih.
Secara umum, bulan sabit tidak dapat terlihat dengan mata telanjang jika jaraknya dari matahari kurang dari 7,6 derajat. Teleskop pun kesulitan jika kurang dari 6 derajat. Gerhana matahari sebagian pada siang hari di beberapa negara Arab seperti Mauritania, Maroko, Aljazair, dan Tunisia semakin memperburuk kondisi pengamatan.
Astronom Arab Saudi, Bader Al Omaira, menegaskan bahwa bulan sabit tidak akan terlihat pada Sabtu petang dengan metode apa pun.
“Bulan akan terbenam sebelum matahari, sementara konjungsi baru terjadi setelahnya,” jelasnya.
Oleh karena itu, diperkirakan bulan Ramadhan akan genap 30 hari, sehingga Idul Fitri jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Kepala Emirates Astronomy Society, Ibrahim Al Jarwan, menambahkan bahwa bulan sabit baru muncul pada Sabtu pukul 14.58 waktu UEA, namun hanya bertahan 5-10 menit setelah matahari terbenam di UEA dan Makkah. Usia bulan sabit saat itu sekitar 3 jam 35 menit di UEA dan 4 jam 25 menit di Makkah, dengan ketinggian hanya sekitar 2 derajat di atas ufuk, yang semakin menyulitkan pengamatan.
Dengan berbagai faktor ini, para astronom sepakat bahwa hilal pada 29 Maret 2025 sulit diamati, sehingga Idul Fitri kemungkinan besar jatuh pada 31 Maret 2025.