GAZA, PALESTINA – Militer Israel baru-baru ini mengonfirmasi peluncuran serangan besar-besaran di Jalur Gaza, yang menyebabkan jatuhnya lebih dari 220 korban jiwa di pihak Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, menurut laporan dari kementerian kesehatan yang dikelola oleh Hamas.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut serangan ini bertujuan untuk menghancurkan “target teroris” yang diduga terkait dengan kelompok Hamas.
Salah satu pejabat tinggi Hamas, Mahmoud Abu Wafah, yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri di Gaza, dilaporkan tewas dalam serangan tersebut, seperti yang dilansir oleh BBC.
Akhir Gencatan Senjata
Gelombang serangan udara ini menandai berakhirnya gencatan senjata yang telah berlangsung sejak 19 Januari. Pembicaraan mengenai perpanjangan gencatan senjata gagal mencapai kesepakatan yang diharapkan. Pada awal Maret, fase pertama gencatan senjata berakhir tanpa kemajuan signifikan dalam negosiasi.
Amerika Serikat sempat mengusulkan untuk memperpanjang perjanjian ini hingga pertengahan April, dengan menambahkan pertukaran sandera dan tahanan sebagai bagian dari kesepakatan. Namun, seorang pejabat Palestina yang mengetahui detail perundingan tersebut mengatakan kepada BBC bahwa Israel dan Hamas tidak sepakat mengenai beberapa poin penting dalam kesepakatan yang dirancang oleh diplomat AS, Witkoff.
Kekerasan Sejak Oktober 2023
Perang ini dimulai pada 7 Oktober 2023, setelah serangan mengejutkan dari Hamas yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di Israel selatan, sebagian besar adalah warga sipil, serta menculik 251 orang.
Korban Terus Bertambah
Jumlah korban jiwa di Gaza terus meningkat, dengan lebih dari 48.520 orang tewas, mayoritas di antaranya adalah warga sipil, berdasarkan data dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, yang juga digunakan oleh PBB.
Lebih dari dua juta orang yang tinggal di Gaza kini telah terpaksa mengungsi berkali-kali, dengan sekitar 70% bangunan hancur. Sistem kesehatan, air, dan sanitasi di wilayah tersebut mengalami kerusakan parah, sementara kekurangan bahan pokok, bahan bakar, obat-obatan, dan tempat tinggal semakin memperburuk kondisi.