JAKARTA – Jepang membuka lowongan bagi 40.000 tenaga kerja asal Indonesia untuk mengisi sektor pertanian, kelautan, perawatan lansia, dan konstruksi, menyusul krisis kekurangan pekerja yang tengah melanda negara tersebut. Saat ini, jumlah pekerja Indonesia yang telah diberangkatkan baru mencapai 25.000 orang, menyisakan peluang besar yang masih belum terpenuhi.
Informasi ini disampaikan langsung oleh Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Suryanegara, yang menyoroti daya tarik gaji kompetitif untuk pekerja Indonesia di Jepang, berkisar antara Rp25 juta hingga Rp55 juta per bulan. Angka ini jauh di atas rata-rata upah nasional di Indonesia, menjadikan program ini sebagai pintu gerbang menuju karier internasional yang menggiurkan.
Mengapa Pekerja Indonesia Jadi Favorit di Jepang?
Yang membuat cerita ini semakin menarik, Jepang tidak hanya membutuhkan tenaga kerja terampil, tetapi juga sangat menghargai karakter khas pekerja Indonesia.
“Dan yang lebih menarik dan membahagiakan kita saat ini adalah bahwa ternyata mereka, masyarakat Jepang sangat menilai tenaga kerja Indonesia karena keramahtamahannya, hospitality-nya,” ujar Iftitah, seperti dikutip dari Kompas.com/edu pada Kamis (2/10/2025).
Tenaga kerja Indonesia bahkan dinilai sebagai salah satu yang terbaik dibandingkan dengan negara lain, berkat sikap ramah dan kemampuan adaptasi yang tinggi.
Kolaborasi antara pemerintah Indonesia dan Jepang kini memasuki tahap baru melalui program pelatihan khusus untuk membekali calon pekerja, terutama di wilayah transmigrasi. Ini bukan hanya pelatihan teknis, tapi juga investasi jangka panjang untuk menciptakan tenaga kerja global yang berkualitas.
Biaya Hidup di Jepang: 98,7% Lebih Mahal dari Indonesia
Sebelum tergiur dengan tawaran gaji besar, penting untuk memahami kenyataan bahwa biaya hidup di Jepang jauh lebih tinggi. Berdasarkan data Numbeo, seorang individu lajang di Jepang membutuhkan sekitar 134.533 yen atau sekitar Rp15,24 juta per bulan untuk kebutuhan dasar, belum termasuk sewa tempat tinggal.
Sementara itu, untuk keluarga beranggotakan empat orang, biaya hidup bisa mencapai 475.691 yen atau sekitar Rp53,86 juta per bulan.
Sebagai perbandingan, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2024, rata-rata pengeluaran warga Indonesia hanya sekitar Rp751.789 untuk makanan dan Rp1,5 juta untuk kebutuhan non-makanan per bulan. Artinya, biaya hidup di Jepang sekitar 98,7% lebih tinggi, sehingga menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan bekerja di sana.
Rata-rata gaji bersih pekerja di Jepang sendiri berada di angka 310.616 yen atau sekitar Rp35,2 juta per bulan. Jumlah ini cukup untuk hidup layak di kota kecil atau pinggiran, tapi bisa terasa pas-pasan untuk gaya hidup di kota besar seperti Tokyo. Bagi pekerja Indonesia dengan gaji awal sekitar Rp25 juta, tantangannya cukup berat jika menetap di pusat kota. Namun bagi yang berpenghasilan mendekati Rp55 juta, masih ada peluang untuk menabung dan menikmati kualitas hidup yang lebih baik.
Rincian Biaya Sehari-hari di Jepang
Untuk memberikan gambaran realistis mengenai pengeluaran harian di Jepang, berikut ini adalah estimasi biaya yang harus disiapkan:
Untuk kebutuhan makan dan minum, makan di restoran murah bisa menghabiskan sekitar Rp113 ribu sekali makan. Makan berdua di restoran kelas menengah bisa mencapai Rp623 ribu, sementara satu paket McMeal (seperti McDonald’s) sekitar Rp85 ribu. Bahan makanan pun tergolong mahal: satu kilogram daging sapi bisa mencapai Rp322 ribu, satu kilogram apel sekitar Rp86 ribu, satu liter susu Rp25 ribu, dan secangkir cappuccino bisa seharga Rp54 ribu.
Di sektor transportasi, tiket transportasi umum sekali jalan sekitar Rp24.900, sedangkan tiket bulanan untuk transportasi publik bisa mencapai Rp979 ribu. Tarif taksi minimum ada di kisaran Rp68 ribu, dan harga bensin per liter sekitar Rp19.700.
Tagihan bulanan juga cukup tinggi. Untuk listrik, air, dan pengelolaan sampah di apartemen seluas 85 meter persegi, pengeluaran bisa mencapai Rp2,88 juta. Biaya internet unlimited sekitar Rp581 ribu, dan paket data serta telepon sekitar Rp439 ribu per bulan.
Untuk pendidikan anak, biaya TK swasta bisa menyentuh Rp5,47 juta per bulan, sedangkan sekolah dasar internasional bisa menelan biaya hingga Rp222 juta per tahun.
Dari sisi pakaian dan kebutuhan pribadi, harga sepasang jeans merek Levi’s sekitar Rp800 ribu, sepatu Nike Rp1,03 juta, dan sepatu kulit pria sekitar Rp1,46 juta.
Hunian merupakan salah satu pengeluaran terbesar. Biaya sewa apartemen satu kamar di pusat kota sekitar Rp9,87 juta per bulan. Jika memilih tinggal di pinggiran kota, biayanya bisa ditekan menjadi sekitar Rp6,73 juta.
Untuk apartemen tiga kamar di pusat kota, tarifnya bisa mencapai Rp21,88 juta per bulan. Harga beli apartemen di pusat kota pun tinggi, sekitar Rp101,9 juta per meter persegi.
Strategi Bertahan: Hidup Hemat di Negeri Mahal
Melihat tingginya biaya hidup, strategi hemat menjadi sangat penting. Tinggal di pinggiran kota bisa memangkas biaya tempat tinggal hingga 30%. Selain itu, memasak sendiri dan berbagi tempat tinggal dengan sesama pekerja bisa menjadi cara efektif untuk mengurangi pengeluaran dan menyisihkan tabungan.
Program pengiriman tenaga kerja ke Jepang ini menawarkan peluang besar, namun juga menghadirkan tantangan besar dalam hal adaptasi budaya dan pengelolaan keuangan.
Dengan kerjasama bilateral yang semakin erat antara Indonesia dan Jepang, peluang untuk mengirimkan lebih banyak tenaga kerja terampil sangat terbuka lebar.
Namun, setiap calon pekerja tetap disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan Kementerian Transmigrasi guna mendapatkan informasi resmi dan terkini.




