JAKARTA– Menunaikan ibadah haji adalah impian setiap umat Islam, namun perjalanan menuju Tanah Suci kerap diuji oleh kesabaran. Salah satu kisah yang menggugah datang dari Siti Aisyah, seorang nenek asal Jakarta yang akhirnya bisa berangkat haji setelah menanti selama 18 tahun. Dengan semangat yang tak pernah padam, ia menjadi teladan tentang ketabahan dan keyakinan terhadap panggilan Allah.
Siti Aisyah adalah jemaah haji kloter pertama Embarkasi Jakarta-Pondok Gede. Ia mendaftar haji sejak 2007, namun berbagai kendala membuatnya harus menunggu hampir dua dekade untuk mewujudkan mimpinya.
“Saya daftar mulai tahun 2007 apa kalau ngga salah. Saya ngga dapat keberangkatan, terus akhirnya saya datangin. Ini mau gimana, apa mau nunggu saya nggak ada, atau gimana?” ungkap Aisyah dengan nada penuh semangat saat berbincang dengan Okezone di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (1/5/2025).
Perjuangan Panjang Menuju Baitullah
Menunggu selama 18 tahun bukanlah waktu yang singkat. Di usia yang tidak lagi muda, Siti Aisyah menghadapi tantangan fisik dan mental. Namun, tekadnya untuk menunaikan rukun Islam kelima tak pernah goyah. Ia terus mempersiapkan diri, menjaga kesehatan, dan memperdalam ilmu manasik haji. Kisahnya mencerminkan betapa kuatnya iman dapat mengalahkan segala rintangan.
Menurut data Kementerian Agama, masa tunggu haji di Indonesia bisa mencapai 11 hingga 47 tahun tergantung daerah asal jemaah. Bagi Siti Aisyah, 18 tahun adalah ujian panjang yang akhirnya membuahkan hasil manis. Ia menjadi bagian dari jemaah haji Indonesia yang berangkat pada 2 Mei 2025 sesuai Rencana Perjalanan Haji (RPH) 1446 H/2025 M.
Pesan Menyentuh untuk Keluarga
Sebelum berangkat, Siti Aisyah meninggalkan pesan haru untuk keluarganya. Ia berpesan agar selalu menjaga iman, sabar dalam menghadapi cobaan, dan percaya bahwa Allah akan memudahkan segala urusan. Pesannya bukan hanya untuk keluarga, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang yang mendengar kisahnya.
“Jangan pernah putus asa akan pertolongan Allah SWT. Selagi kita punya kemauan, tekad, dan keyakinan kepada Allah, insya Allah semuanya akan dimudahkan,” kata Aisyah, mengingatkan bahwa kesabaran adalah kunci menuju keberkahan. Pesan ini seolah menggema, mengajak semua orang untuk tetap teguh dalam mengejar cita-cita mulia.
Haji Ramah Lansia: Dukungan untuk Jemaah seperti Siti Aisyah
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan terus berupaya mewujudkan “Haji Ramah Lansia dan Disabilitas” pada 2025. Dengan 44% jemaah haji Indonesia berusia di atas 60 tahun, kebijakan ini menjadi sangat relevan. Siti Aisyah, sebagai salah satu jemaah lansia, mendapat perhatian khusus, mulai dari pemeriksaan kesehatan hingga pendampingan selama di Tanah Suci.
Kementerian Kesehatan juga memperkuat layanan kesehatan dengan pos satelit di setiap hotel di Makkah dan alat kesehatan canggih seperti X-Ray Mobile dan Ekokardiogram. Hal ini memastikan jemaah lansia seperti Siti Aisyah dapat menjalani ibadah dengan nyaman dan aman.
Teladan Kesabaran dan Keimanan
Kisah Siti Aisyah bukan sekadar cerita tentang menunggu, tetapi tentang bagaimana iman dan kesabaran mengantarkan seseorang pada momen suci di Baitullah. Ia menjadi bukti hidup bahwa panggilan Allah datang pada waktu yang tepat. Bagi keluarga dan masyarakat, kisahnya adalah pengingat untuk terus berusaha dan berdoa tanpa henti.
Saat ia melangkah menuju Tanah Suci, Siti Aisyah membawa harapan dan doa untuk kembali sebagai haji mabrur. Kisahnya menginspirasi kita semua untuk meneladani keteguhan hatinya. Mari kita doakan agar perjalanan ibadah haji Siti Aisyah dan jemaah lainnya berjalan lancar, penuh keberkahan, dan kembali dengan selamat ke tanah air.