JAKARTA – Peningkatan produksi minyak dari Blok Cepu oleh Pertamina dinilai sebagai pencapaian strategis yang menunjukkan kesungguhan perusahaan energi pelat merah itu dalam menjaga pasokan energi nasional di tengah tantangan global dan fluktuasi harga minyak.
Anggota Komisi VI DPR RI, Sartono Hutomo, menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif peningkatan kapasitas produksi minyak yang dilakukan di Blok Cepu.
Menurut Sartono, lonjakan kapasitas sebesar 30 ribu barel per hari tersebut menjadi bukti konkret peran aktif Pertamina dalam mengokohkan ketahanan energi Indonesia.
“Sebagai BUMN strategis, Pertamina telah menunjukkan komitmen kuat dalam meningkatkan produksi minyak nasional,” kata Sartono dalam pernyataannya di Jakarta, Minggu.
Dengan tambahan produksi ini, output harian Blok Cepu diproyeksikan mendekati angka 180 ribu barel per hari.
Capaian ini menempatkan blok tersebut sebagai salah satu ladang minyak paling produktif di Indonesia.
Tak hanya menyumbang sekitar 25 persen produksi nasional, Blok Cepu juga menjadi andalan utama dalam menjaga stabilitas pasokan energi domestik.
Lebih lanjut, Sartono menyoroti kontribusi Pertamina dalam penguasaan teknologi pengeboran dan efisiensi operasional di Blok Cepu.
Ia menilai peran tersebut menunjukkan bahwa BUMN ini bukan hanya menjalankan fungsi bisnis semata.
Tetapi juga membawa misi negara untuk menjaga kedaulatan energi, sejalan dengan arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menuju kemandirian energi nasional.
“Dengan meningkatkan produksi domestik, kita tidak hanya memperkuat ketahanan energi, tetapi juga memperbaiki neraca perdagangan dan mengurangi tekanan terhadap APBN akibat subsidi impor BBM,” katanya.
Dalam konteks diversifikasi energi, Sartono juga menyinggung pentingnya pengembangan energi terbarukan.
Ia mencontohkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulu Belu yang dioperasikan Pertamina sebagai langkah konkret dalam memperkuat bauran energi nasional.
Proyek tersebut, menurutnya, bukan hanya menjadi solusi transisi energi ramah lingkungan, tetapi juga mendukung target penurunan emisi karbon serta memenuhi komitmen Indonesia dalam perjanjian global perubahan iklim.
“Yang jelas, pengembangan EBT harus dilakukan secara adil, efisien dan tidak membebani masyarakat.”
“Komisi VI DPR RI akan terus mendorong agar ‘roadmap’ transisi energi dijalankan secara komprehensif dan sesuai amanat Undang-Undang Energi Nasional,” katanya.
Sementara itu, Direktur Center for Energy Policy, M. Kholid Syeirazi, menyampaikan pandangan serupa.
Ia menilai langkah peningkatan kapasitas produksi di Blok Cepu sebagai bagian penting dari strategi nasional mendongkrak lifting minyak dalam negeri.
Menurut Kholid, upaya seperti ini sangat layak diapresiasi karena turut menopang target ambisius pemerintah untuk mencapai produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari pada tahun 2030.
Namun demikian, Kholid mengingatkan bahwa penguatan ketahanan energi tidak cukup hanya dari sisi teknis produksi.
Ia menekankan perlunya kebijakan pendukung yang kondusif bagi investor, seperti kemudahan perizinan, kepastian hukum, dan sistem fiskal yang kompetitif.***