BANDUNG – Hari Kebangkitan Nasional ke-117 menjadi momentum bermakna bagi ratusan pelajar Jawa Barat yang baru saja menyelesaikan pendidikan karakter Gapura Panca Waluya di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi. Sebanyak 273 siswa, usai menjalani pembinaan selama 18 hari di lingkungan militer, turut ambil bagian dalam upacara peringatan nasional yang digelar di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (20/5/2025).
Dalam upacara tersebut, sejumlah siswa tampil sebagai pasukan pengibar bendera dan turut berdefile bersama 11 satuan elit TNI/Polri, menandai kelulusan mereka sebagai angkatan pertama program pendidikan karakter tersebut.
Suasana haru menyelimuti akhir prosesi saat para siswa bertemu kembali dengan orang tua dan keluarga mereka. Bagi siswa yatim atau yang belum dijemput orang tua, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi – yang akrab disapa KDM – langsung memeluk dan menerima mereka sebagai anak angkat.
“Ini kan urusannya soal rasa, hati, dan cinta. Siapa sih orangtua tidak terharu bertemu anaknya yang sudah berubah,” ujar KDM usai upacara.
Sekolah Kebangsaan Jabar Istimewa
KDM mengungkapkan bahwa pendidikan karakter Panca Waluya ini akan menjadi cikal bakal dari Sekolah Kebangsaan Jawa Barat Istimewa, yang tetap akan berpusat di Dodik Bela Negara namun lebih terbuka dalam menjalin kolaborasi lintas sektor. Program ini, menurutnya, merupakan sarana membangun hubungan emosional yang kuat antara negara dan rakyat.
“Jadi membangun hubungan negara dengan rakyat itu dengan rasa, bukan urusan administrasi kewilayahan. Banyak orang meragukan, akhirnya waktu yang menjawab,” tambahnya.
Meski saat ini baru berjalan selama dua minggu sebagai program perdana, KDM meyakini potensi para peserta sangat besar untuk berkembang. Mereka akan mendapatkan kesempatan pendidikan lanjutan sesuai minat, termasuk dipersiapkan menjadi anggota TNI, Polri, atau melanjutkan ke perguruan tinggi.
“Saya yakin besok kalian semua ada yang jadi tentara, polisi, dokter, pilot, ASN atau pengusaha. Jadi petani, damkar atau apapun yang penting kalian menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi diri dan lingkungan,” tutur KDM.
“Kalian bukan anak nakal, tapi semua adalah anak hebat, anak Indonesia, anak Jawa Barat, dan anak masa depan,” tegasnya.
Apresiasi dari Kak Seto
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi, menyampaikan apresiasi atas inisiatif Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Menurutnya, program ini merupakan langkah luar biasa dalam mengarahkan potensi anak-anak yang sebelumnya tersesat karena lingkungan yang tidak kondusif.
“Ini adalah salah satu langkah yang sangat gemilang. Bagaimana menyalurkan potensi setiap anak yang pada dasarnya kreatif, energik, penuh dinamika,” kata Kak Seto.
Namun, ia juga menekankan pentingnya evaluasi rutin dan pendekatan psikologis untuk menjaga kesehatan mental peserta. Ia mendorong keterlibatan psikolog profesional, serta keterbukaan terhadap kritik konstruktif.
“Kalau nanti hasilnya positif, jangan ragu-ragu dan gengsi untuk dijadikan gerakan nasional,” ujarnya.
Kak Seto juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pendidikan formal, informal, dan nonformal. Menurutnya, fasilitas seperti barak bela negara, perpustakaan, gelanggang olahraga, hingga sanggar seni dapat menjadi wadah tumbuh kembang anak-anak yang luar biasa.
“Anak-anak pada dasarnya membutuhkan uluran cinta dari tokoh-tokoh seperti orang tua, guru, pemimpin, pejabat sehingga mereka menjadi bunga yang sangat mekar,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Membangun Masa Depan Lewat Cinta dan Karakter
Dengan pendekatan berbasis rasa dan cinta, serta program pendidikan karakter yang menyentuh langsung sisi kemanusiaan, inisiatif Dedi Mulyadi diyakini dapat menjadi model pembangunan karakter anak bangsa yang kuat, berdaya, dan berakhlak – dimulai dari Jawa Barat, menuju panggung nasional.