GAZA, PALESTINA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka mengakui pelanggaran gencatan senjata dengan Hamas, bahkan menyatakan kebanggaan atas aksi militer pasukannya yang menjatuhkan 153 ton bom di Jalur Gaza.
Pernyataan kontroversial ini disampaikan di tengah sidang parlemen yang penuh gejolak, memicu kecaman internasional atas eskalasi konflik yang seharusnya mereda. Gencatan senjata yang disponsori Amerika Serikat dan mulai berlaku sejak 10 Oktober 2025 kini terancam runtuh akibat serangan balasan Israel.
Netanyahu membela aksi tersebut sebagai respons atas kehilangan dua prajuritnya, sementara otoritas Gaza mencatat puluhan korban sipil dan ratusan pelanggaran serupa. Pengakuan ini tidak hanya mengguncang dinamika damai sementara, tetapi juga menyoroti ketegangan politik internal Israel yang semakin memanas.
Pidato Netanyahu di Knesset Picu Protes Oposisi
Dalam pidato pembukaan sidang musim dingin Knesset di Tel Aviv, Netanyahu menghadapi interupsi sengit dari fraksi oposisi. Mereka mengecam kebijakan pemerintah yang dinilai sengaja memperpanjang perang di Gaza, meski kesepakatan gencatan senjata telah diraih setelah mediasi intensif.
Serangan udara Israel dilancarkan pada Minggu (19/10/2025), menargetkan puluhan lokasi strategis di seluruh wilayah Gaza.
“Saya bangga dengan pasukan kami yang bertindak tegas untuk melindungi keamanan Israel,” tegas Netanyahu, meski detail pernyataan resminya tetap menjadi sorotan.
Aksi ini diklaim sebagai pembalasan atas insiden yang merenggut nyawa dua tentara IDF (Israel Defense Forces) selama periode jeda tembak-menembak.
Menurut laporan Anadolu Agency, Netanyahu secara eksplisit menyatakan:
“Selama gencatan senjata, dua tentara gugur. Kami menyerang mereka dengan 153 ton bom dan menyerang puluhan target di seluruh Jalur Gaza.”
Dampak Pelanggaran: 80 Insiden dan Korban Sipil Melonjak
Kantor media pemerintah Gaza melaporkan setidaknya 80 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel sejak kesepakatan berlaku dua minggu lalu. Serangan terbaru ini menyebabkan puluhan warga Palestina tewas, termasuk anak-anak dan perempuan, serta kerusakan infrastruktur sipil yang parah.
Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan korban jiwa kumulatif melebihi 97 orang akibat insiden serupa dalam 24 jam terakhir.
Para analis konflik memperingatkan bahwa pengakuan Netanyahu berpotensi memicu gelombang balasan dari Hamas, yang menuduh Israel melanggar kesepakatan secara sistematis. Di sisi lain, pendukung Netanyahu di Knesset membela serangan sebagai langkah preventif untuk mencegah serangan roket lebih lanjut dari kelompok militan.
Respons Internasional dan Implikasi Politik
Pernyataan Netanyahu langsung menuai kecaman dari sekutu Barat, termasuk Uni Eropa yang mendesak investigasi independen atas pelanggaran hak asasi manusia.
Di dalam negeri, oposisi Israel menyerukan pemungutan suara tidak percaya terhadap kabinet Netanyahu, dengan isu Gaza menjadi pemicu utama polarisasi politik.