JAKARTA – Pantai Marunda di Cilincing, Jakarta Utara, diterjang ombak besar pada Kamis kemarin. Gelombang setinggi 1-2 meter ini disebabkan oleh angin muson barat, atau yang lebih dikenal dengan angin baratan, sebuah fenomena tahunan yang biasa terjadi di kawasan pesisir sepanjang akhir tahun hingga awal tahun.
Ombak besar ini mengguncang pantai sejak pagi hingga menjelang siang, mengakibatkan sepinya aktivitas wisata di kawasan tersebut. Beberapa pengunjung yang berniat berlibur di pantai terpaksa memilih untuk pulang setelah menyaksikan ganasnya ombak.
Puluhan warung yang biasa beroperasi di tepi pantai juga tutup. Pemilik warung khawatir angin kencang bisa membahayakan mereka, sehingga memilih untuk tidak berjualan pada hari itu. Meski demikian, beberapa pedagang memilih untuk tetap buka meski kondisi cuaca ekstrem.
“Ini masih buka buat menyambung hidup. Memang agak ngeri takut tendanya roboh, cuman kalau sudah makin parah kita tutup,” ucap salah seorang pedagang di Pantai Marunda.
Tak hanya aktivitas manusia yang terdampak, ombak juga membawa banyak benda dari lautan. Sejumlah bagan apung yang sebelumnya dipasang nelayan di perairan Teluk Jakarta terbawa ombak hingga ke pesisir Pantai Marunda. Puing-puing bambu dari bagan apung ini terdampar di pantai, menyebabkan petugas sampah pesisir dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu harus bekerja ekstra keras untuk mengangkutnya ke daratan.
Menurut Agus, petugas Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu, fenomena cuaca ekstrem ini sudah terjadi sejak 29 Januari 2025, yang bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Imlek. Ia juga menjelaskan bahwa angin baratan memang menjadi peristiwa tahunan yang dirasakan oleh masyarakat pesisir, terutama pada bulan Oktober hingga Februari.
“Angin kencang yang menimbulkan ombak cukup tinggi menyebabkan sampah dari lautan terdampar di pantai. Tentunya kami harus menangani sampah-sampah tersebut,” jelas Agus.
Selain bagan apung, sejumlah benda lain seperti drum-drum dari kapal juga terbawa arus ombak hingga ke pantai. Warga setempat memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari barang yang terbawa ombak.
Pada Kamis pagi, beberapa pemuda terlihat menunggu di pinggir pantai, berdiri di atas beton pemecah ombak untuk mengambil drum yang terbawa arus. Yanto, salah seorang pemuda tersebut, mengungkapkan bahwa mereka mengambil drum untuk dijual kembali.
“Kita bisa pakai drumnya buat tampung air, bisa juga dijual. Bisa dapat Rp 100.000 lah. Ini hari sudah dapat dua drum, ini niatnya mau dijual,” katanya.
Meski ombak yang mengerikan tidak menjadi halangan, Yanto mengingatkan agar mereka yang belum berpengalaman tidak mencoba melakukannya.
Fenomena angin baratan ini memang dimanfaatkan oleh beberapa warga, meski cuaca ekstrem membuatnya berisiko. Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga telah mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem yang diperkirakan berlangsung hingga pertengahan Februari 2025.
BMKG menjelaskan, cuaca ekstrem yang disertai hujan lebat ini dipengaruhi oleh fenomena Angin Monsun Asia, ditambah dengan pengaruh fenomena La Nina lemah, Madden-Julian Oscillation (MJO), dan gelombang atmosfer.